Tampilkan postingan dengan label Alhakim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alhakim. Tampilkan semua postingan

Minggu, Januari 20, 2008

Waktu

Awal tahun Masehi dan awal tahun hijriyyah terjadi dengan selisih beberapa waktu saja. Kembang api, panggung hiburan, trompet, turut memeriahkan pergantian tahun baru masehi; di sisi lain, zikir, pengajian, santunan dan kegiatan sosial keagamaan lain turut serta dalam memeriahkan tahun baru hijriyyah. Sesuatu cara penyambutan antara dua tahun baru yang begitu berbeda sesuai dengan tergantung dengan siapa pelaku penyambutannya.
Seorang muslim bolehkan memperingati pergantian tahun baru masehi? Mungkin jawaban yang keluar akan baerbeda satu sama lain tergantung siapa yang menjawab.
Apakah juga kita boleh memperingati pergantian tahun baru hijriyyah? Lagi-lagi jawaban yang keluar bisa dipastikan berbeda.
Tetapi terlepas dari itu semua, saya hanya akan membahas tentang tahun baru ini dari sisi yang lain.
Sebagian orang ada yang mengatakan bahwa peringatan tahun baru, baik itu masehi atau pun hijriyyah adalah perbuatan yang sia-sia (kalau tidak pas dikatakan bid'ah). Mereka mengatakan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mencontohkannya dan tidak ada satu pun dalil yang mendukung kepada perbuatan tersebut.
Sebagian lagi mengatakan, "apa salahnya kalau saya berzikir, bermuhasabah bertepatan pada malam tahun baru, toh zikir dan muhasabah itu dianjurkan dalam Islam." Bahkan dengan adanya awal tahun banyak orang berharap bahwa di tahun baru yang segera dimasuki ini akan timbul suatu perubahan yang lebih baik, jauh dari bencana, dan lain sebagainya.
Sekali lagi saya saya akan membahasnya dari sisi yang lain.
Pertanyaan saya adalah, "kenapa momentum pergantian tahun baru yang menurut kita penting ini seolah luput dari perhatian Islam? Apakah Islam itu masih perlu penyempurnaan? Lalu kenapa di buku-buku Islam banyak beredar doa awal tahun, doa akhir tahun dan sebagainya?"
Menurut saya, justru kalau kita jeli Islam sangat peduli dan sangat memperhatikan momentum waktu sehingga atas namanya Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al-Quran.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada dua poin yang saya kira perlu antipersonnel.
  1. Untuk menuju perubahan, Islam tidak menunggu waktu awal atau akhir tahun, tetapi harian. Bila hariannya bagus, Insya ALlah tahunannya juga bagus. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa barang siapa hari ini leih baik dari kemarin, ia beruntung; barang siapa hari ini sama dengan kemarin, ia rugu; dan barang siapa hari ini lebih buruk dari kemarin, ia celaka.
  2. Sebenarnya kalau kita mau berfikir, subyek perubahan bukanlah waktu, tetapi orang-orang yang mengisi waktu. Kalau ia pandai memanfaatkan waktu, ia bisa berubah. Dalam hadits yang lain dikatakan bahwa manfaatkanlah lima kesempatan sebelum datang lima kesempatan yang lain. Masa hidup sebelum mati; masa sehat sebelum sakit; masa kaya sebelum miskin; dan masa longgar/luang sebelum datang waktu sibuk.
Tercatat ada enam waktu yang dikenal dalam Islam:
  1. Malam
  2. Fajar
  3. Shubuh
  4. Dhuha
  5. Siang
  6. Sore
Saking pentingnya waktu-waktu tersebut, sehingga Allah SWT bersumpah atas namanya di dalam Al-Quran.
Sebegitu pentingnya waktu diperhatikan dalam Islam, sehingga sudah sepatutnyalah kita umat muslim merupakan orang yang paling menghargai waktu dan paling bisa menerapkan manajemen waktu dengan baik.
Begitu misteriusnya waktu sehingga terkadang ada orang yang sudah siap mati, keluarganya pun sudah pula merelakannya bila sewaktu-waktu yang bersangkutan mati, tetapi ternyata waktu kematian belum datang kepadanya. Di sisi lain, ada orang yang belum siap untuk mati, masih betah berlama-lama di dunia tetapi terbnyata ajal segera menjemputnya.

Paling tidak, ada tiga karakteristik yang berkaitan dengan waktu yang perlu kita perhatikan:
  1. Waktu itu akan terasa cepat berlalu, dan sangat terasa sekali bagi manusia penghuni bumi di akhir zaman. Ada yang mengatakan bahwa waktu itu bagaikan pedang. Bila tidak bisa mengendalikannya, terjadi senjata makan tuan. Kekuatan pedang bukan hanya pada ketajamannya, tetapi juga pada kecepatannya.
  2. Waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali. Kita sebagai manusia, makhluk Allah SWT terikat dengan ruang dan waktu, sehingga apabila kita sudah melewatu suatu masa, masa tersebut ternyata tidak akan pernah kembali, hanya tinggal kenangan.
  3. Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi manusia.
Sudahkan kita menafaatkan waktu dengan baik?
Bila tidak, hati-hati dengan bencana yang berkaitan dengan waktu:
  1. Lalai. Orang shalat pun belum dikatakan beruntung bila masih lalai dalam shalatnya. "Neraka Wail-lah bagi orang-orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya." Ingatlah, lalai menabung mengakibatkan bencana boke, lalai belajar berakibat bencana bodoh, lalai olah raga berakibat kirang vitnya kondisi badan.
  2. Kebiasaan menunda pekerjaan. "Dan janganlah kamu mengatakan, sesungguhnya aku akan melakukan hal tersebut esok hari." Ingatlah bahwa esok hari akan datang keawajiban lain, kesibukan lain. Bial sesuatu pekerjaan hari ini akan dilakukan esok hari, ingatlah esok hari Anda harus menggeser kewajiban lainnya demi pekerjaan yang seharusnya dikerjakan hari ini, danseterusnya. "Meninggalkan kewajiban umumnya dimulai dengan menunda-nunda; Melanggar kewajiban umumnya dimulai dari menawar-nawar."
  3. Menyalahkan waktu/keadaan. Kalau terjadi sesuatu janganlah kita mengkambing hitamkan waktu. Ada pepatah eropa yang mengatakan bahwa janganlah kamu menyalahkan cuaca, tetapi berbuatlah untuk beradaptasi dengannya. Ada juga pepatah yang mengatakan "Anda duduk-duduk, malaikat Izroil mengintai Anda."
Mari jadikan tantangan menjadi peluang!!

Disarikan dari Ta'lim Ahad Shubuh di Masjid Al-Hakim Bumi Serpong Damai tanggal 20 Januari 2008 bersama Ustadz Muchlish Abdi.

Senin, Desember 24, 2007

Tender Penyedia Hewan Kurban di Masjid Al-Hakim BSD


Kurban tahun ini temanku dari kampung -Mang Karta- ternyata kalah dalam tender penyedia hewan kurban di Masjid Al-Hakim BSD. Padahal tahun lalu dialah pemenangnya. Harus diakui bahwa harga yang ditawarkan memang kalah dibanding dengan harga Pak Luthfi Alghonam. Harga Al-Ghonam memang jauh lebih murah sekitar seratus ribu rupiah untuk tiap tipe.
Kecewakah aku? Ngapain kecewa, toh tak ada untungnya bagiku selain tali sillaturramin yang terus terjalin. Lagi pula ini kan demi kepentingan masjid, kalau ada yang lebih murah kenapa tidak kita ambil, kan begitu. Yang penting ada kambing dengan harga murah sehingga menarik calon pekurban.
Setelah terpilihnya calon suplier, langkah selanjutnya yang kami lakukan adalah mengadakan kontrak perjanjian antara suplier dengan panitia kurban. Harga yang ditawarkan ketika tender terbuka keamarin adalah harga pasti yang tidak bisa diubah lagi dan akan dicantumkan dalam perjanjian. Begitu pun harga jual kepada calaon mudhohi sesuai dengan harga kambing dari suplier ditambah biaya penyelenggaraan tentunya. Alhamdulillah semua berjalan lancar.
Tapi tiba-tiba sang suplier meminta kenaikan harga sebesar lima puluh ribu rupiah. Sudah tanda tangan kok masih minta kenaikan harga lagi. Dibatalkan apa tidak ya perjajian tadi. Mau ditaro dimana muka panitia kalau tiba-tiba membatalkan perjajian. Mendingan pemenang kedua diambil dari pada mengubah perjanjian.
Akhirnya sang suplier pun setuju meneruskan perjanjian. Untungkah dia? Sudah berani pasang harga, pasti dia sudah ngitung berapa untung yang didapat, tidak mungkin dia mau jual rugi.

Senin, November 12, 2007

MUALLAF AL-HAKIM BSD

Semalam, ketika saya sedang ngotak-ngatik komputer, tiba-tiba... "kriiing... kriiiing" (sebenarnya bukan kring... kring... tapi melodi yang merdu sekali). HP-ku berdering beberapa kali.

"Wah pak Tedi nich nelpon. Ada apa yach? Gak biasanya" pikirku.


"Daripada penasaran mending kuangkat." Lalu Kuangkatlah dan kuucapkan salam, siapa tahu ada kabar penting.

"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"

Benar saja. Malam itu ada seorang kristen protestan, anak buah dari tetangga pak Tedi mau masuk Islam. Beliau minta saran kira-kira bisa gak ya dibawa ke mesjid sekarang.

Saya bingung, wong di masjid kagak ada orang. Cuma saya sendirian (kacian dech lo..!)

Akhirnya setelah lama ngobrol, saya sarankan untuk dibawa besok shubuh saja, khan biasanya banyak yang berjamaah shubuh tuh (biar banyak saksinya, gituh...). Pak Tedi pun setuju.

Besoknya, saat Adzan Shubuh tiba (yang adzan Pak Indra loh.. ) calon Muallaf pun datang. "Wah masih muda tuh, kayaknya seusiaku."

Saya hanya sempat salaman sebentar, nggak keburu ngobrol-ngobrol karena keburu Iqomah.

Shalat pun dimulai......


Selepas Imam mengucapkan salam dan diikuti para makmum, segeralah kuumumkan, "Assalamu'alaikum wr wb. Bapak/Ibu yang dimuliakan Allah SWT, selepas wiridan Shubuh ini, mohon agar jangan pulang dulu. Shubuh ini ada saudara kita dari Blok P Sektor 12.4 yang akan mengucapkan dua kalimah Syahadat; ingin masuk Islam; ingin menjadi saudara kita sekeyakinan. Dimohon kepada Bapak/Ibu untuk menjadi saksi. Terima kasih."

Setelah selesai wiridan...

Sebelum acara pengucapan kalimat Syahadat terlebih dahulu ada pengantar dari Pak Tedi, selaku tetangga dari calon muallaf, beliau jelaskan siapa dia, agama asalnya, tempat tanggal lahirnya, dan sebagainya. Oh ya, nama calon muallaf itu Antonius (kalau tidak salah).

Pengucapan dua kalimah syahadat dibimbing oleh H. Aliuddin sebagai sesepuh masjid.

Pengucapan Syahadat agak tersendat-sendat karena Pak Ali -yang membimbing- terlalu terburu-buru, sedangkan sang Calon muallaf nampaknya masih sangat asing dengan kalimat-kalimat yang diucapkan Pak Ali.

"Pak Ali, sepotong-potong dulu" bisikku kepada Pak Ali.

"Asyhadu" bimbing Pak Ali.
"Asyhadu" tirunya.
"Alla ilaha"
"Alla Ilaha"
"Illallah"
"Illallah"
"Wa asyhadu"
"Wa asyhadu"
"Anna Muhammadan"
"Anna Muhammadan"
"Rasulullah"
"Rasulullah"

"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah"
"Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah"

"Alhamdu lillah.... ALLAHU AKBAR..., ALLAHU AKBAR..."

Acara ditutup dengan doa oleh Ust. Nashruddin. Selepas itu barulah jamaah bersalaman, saling mengucapkan selamat kepada Sdr. Anton sebagai tanda pengakuan jamaah bahwa ia sekarang sudah menjadi saudara seima; seislam.

Ya Allah, kuatkkanlah iman kami, kuatkanlah iman dia, tetapkaanlah kami dan dia terus berada dalam jalan-Mu. Berikanlah hidayah-Mu kepada orang lain yang belum merasakan bagaimana nikmatnya memeluk Islam. Amin.