Tampilkan postingan dengan label Khutbah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khutbah. Tampilkan semua postingan

Jumat, November 30, 2007

Khutbah Idul Fitri 1428 H

SILATURAHIM SEBAGAI PENGUAT PERSAUDARAAN ISLAM

Sungguh teramat pantas apabila Puja dan Puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Pada pagi hari yang mulia ini, kita hadir di majelis ini untuk menandai datangnya Hari Raya Idul Fitri. Meskipun ada sebagian saudara-saudara kita yang telah merayakan Idul Fitri pada hari kemarin. Tapi Insya Allah itu semua tidak mengurangi syiar, khidmat dan keberkahan Idul Fitri yang kita lalui pada hari ini. Semoga para malaikat yang menyaksikan peristiwa sholat Idul Fitri di tempat ini, mencatat semua amal ibadah dan kesungguhan serta kekhusyuan yang kita lakukan di tempat ini, untuk kemudian dilaporkan kepada Allah SWT untuk dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Ya Robbal Alamin.

Allahu Akbar 3x, Walillahilhamdu

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia !

Kedatangan Idul Fitri adalah pertanda dari kepergian bulan Ramadhan, bulan yang penuh keistimewaan. Bulan yang penuh kesucian dan bulan yang penuh keberkahan. Bulan dimana saat-saat setiap kaum muslimin dibangkitkan hatinya untuk mendekat ke haribaan Ilahi. Bulan dimana setiap hati dimudahkan dan digerakkan untuk melaksanakan kebajikan. Masjid dan musholla semarak dengan berbagai kegiatan ibadah. Sholat Isya dan tarawih begitu ramai dengan jamaah. Wajah-wajah saudara kita yang lama tidak berjumpa, sekitar sebelas bulan tidak bertemu, telah dipertemukan dengan wasilah ibadah di masjid atau musholla. Hari-hari juga diisi dengan menjaga hati, menjauhi segala kemaksiatan dan segala perilaku yang akan merusak makna shaum kita. Bulan ramadhan juga kita hiasi dengan tadarus Al-Qur’an. Sebagian di antara kita juga mengadakan pengajian dan kajian-kajian agama. Sungguh Bulan Ramadhan ini dipenuhi suasana ibadah yang indah.

Suasana televisi, radio, majalah, koran dan berbagai media massa lainnya juga diisi dengan berbagai acara dan program yang penuh nuansa relijius. Jalan-jalan dan pusat keramaian juga dipenuhi simbol-simbol yang mendukung suasana ibadah yang sedang kita jalani di bulan Ramadhan. Sehingga dimana-mana tampak betapa syiar ramadhan membangkitkan suasana keagamaan yang meningkat.

Bahkan pada bulan Ramadhan, segala bentuk kebaikan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amal-amal sunnah dibalas dengan pahala amal yang wajib, bahkan dibandingkan berbuat keburukan, maka tidur saja dihitung sebagai ibadah. Di Dalam bulan Ramadhan disediakan tiga proses per sepuluh harian. Sepuluh hari pertama dialirkan Rahmat, sepuluh hari kedua dibagikan Maghfirah dan sepuluh hari terakhir dibebaskan kita dari api neraka. Adakah bulan-bulan lain yang seindah dan sebaik bulan Ramadhan ?

Tapi kini, bulan Ramadhan yang mulia tersebut telah pergi. Ia hanya akan kembali setahun lagi. Itupun jika Allah SWT masih memberi jatah usia kepada kita. Selamat jalan Ramadhan ! Selamat jalan bulan teragung ! Keindahanmu akan kami kenang. Bulan Ramadhan adalah bulan peningkatan kualitas kita sekaligus bulan penggemblengan diri kita semua. Ujian sesungguhnya yang akan kita hadapi adalah pada bulan-bulan selanjutnya. Mampukah kita terus menjaga semangat ramadhan pada bulan-bulan selanjutnya. Karena sesungguhnya ujian untuk menilai kita, yaitu menilai apakah kita termasuk hamba-hamba yang taat adalah sepanjang hidup kita, bukan hanya di bulan Ramadhan.

Artinya: ”(Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-Mulk (67) : 2)

Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan senantiasa mampu melaksanakan sholat fardlu lima waktu. Karena pada bulan Ramadhan kita telah dilatih, bukan hanya mengerjakan sholat fardlu lima waktu, kitapun dilatih dengan mengerjakan sholat sunnah seperti melaksanakan sholat tarawih. Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan mampu menjauhi segala makanan dan minuman yang haram, karena pada bulan ramadhan kita bukan hanya dilatih menjauhi makanan dan minuman yang haram, tetapi juga makanan dan minuman yang halal, akan tetapi karena belum waktunya, maka sepanjang hari selama hampir 14 jam kita mampu menjauhinya. Pada bulan-bulan selanjutnya kita akan mampu menjauhi kemaksiatan seperti berzina dan pergaulan bebas, mencuri atau korupsi dan berjudi, karena pada bulan ramadhan kita telah dilatih untuk menjaga mata dan kemaluan, menjaga perilaku serta menjaga hati kita agar senantiasa merasa tetap diawasi oleh Allah Azza wa Jalla yang Maha Menyaksikan.

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamdu !

Jamaah sholat Idul Fitri yang dirahmati Allah !

Kepergian ramadhan dan kedatangan Idul Fitri 1 Syawal ditandai dengan Takbir, Tasbih dan Tahmid yang kita kumandangkan. Untuk memuja dan memuji Allah sekaligus mengagungkan Asma Allah yang telah memberikan segala kekuatan kepada kita sehingga kita mampu melewati Ramadhan dan mengantarkan kita kepada 1 Syawal. Sebuah bentuk pengakuan akan segala kebesaran Allah. Dengan takbir yang kita kumandangkan, kita mengakui bahwa Allah lah pemilik segala kebesaran, kekuasaan dan kesombongan. Tidak boleh ada kekuasaan dan ketergantungan lain dalam hidup kita, kecuali kepada Allah Rabbul Izati. Tidak boleh kita takluk kepada kekuasaan manusia lain, tidak boleh kita tunduk kepada kekayaan atau materi dan tidak boleh kita menyembah kepada jin, gunung, batu-batu, pohon dan segala bentuk keramat yang diciptakan oleh kita sendiri. Karena yang patut disembah dan diagungkan hanyalah Allah SWT saja.

Kitapun tidak diperkenankan secara diam-diam membangun kesombongan dalam hati kita. Berbekal ketampanan atau kecantikan, berbekal pengetahuan atau keterampilan yang kita miliki, atau berbekal kekayaan dan kedudukan yang kita miliki, tanpa kita sadari telah bersemayam kesombongan dalam dada kita. Karena semua yang kita miliki atau kita peroleh, semuanya berasal dari Allah. Allah sajalah yang pantas sombong dalam kehidupan ini.

Allah SWT berfirman :

“Dan Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. “ (QS. Lukman : 18)

Rasulullah saw bersabda :

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar dzarrah (atom)” (HR. Muslim)

Setelah melewati berpuasa selama sebulan, dimana seluruh dosa-dosa hambanya yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni. Bagi manusia yang telah melaksanakan shaum sebulan penuh dengan penuh kesungguhan, maka dosa-dosanya akan dihapuskan. Dan sebagai penyempurnanya kita disunahkan untuk meminta maaf kepada sesama manusia, karena Allah hanya akan mengampuni dosa sesama manusia, manakala manusia lainnya itu juga telah mengampuni. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan suasana Idul Fitri ini untuk saling meminta maaf kepada sesama manusia, khususnya kepada manusia yang kita pernah berbuat khilaf dan salah. Sehingga kita betul-betul kembali suci, kembali kepada fitrah kita yang semula, seperti bayi yang baru dilahirkan.

Memohon maaf adalah suatu kehormatan kepada kita yang pernah berbuat salah. Kita tidak perlu malu dan merasa rendah diri untuk meminta maaf, karena di hadapan Allah siapa saja yang lebih dahulu meminta maaf lebih tinggi dan lebih mulia. Bahkan seandainyapun kita tidak merasa berbuat salah, maka meminta maaf menunjukkan kebesaran hati kita dan keluhuran kita untuk selalu waspada dan hati-hati, jangan-jangan kita tanpa sengaja pernah menyinggung atau menyakiti saudara kita. Dan kepada kita yang dimintai permohonan maaf, maka sudah seharusnya apabila kita mudahkan orang lain untuk dimaafkan kesalahannya. Janganlah kita menjadi manusia yang sulit memaafkan kesalahan orang lain. Janganlah kita menjadi manusia pendendam. Karena setiap kali kita menyimpan dendam, berarti kita telah menyimpan bibit-bibit masalah dalam hati kita yang akan membuat hati kita tidak akan pernah tenang. Siapa saja yang menyimpan dendam, maka akan sulit untuk mencapai kebahagiaan. Kalau perlu bahkan kita maafkan kesalahan orang lain, sebelum orang lain tersebut meminta maaf kepada kita.

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an :

Artinya : ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran (3) : 133 -134)

Idul Fitri ini membangkitkan semangat untuk menjalinkan silaturahim di antara kita. Betapa indahnya jika pada Idul Fitri ini, seorang suami meminta maaf kepada istrinya, begitu pula seorang istri meminta maaf kepada suaminya. Pada Idul fitri ini juga anak-anak diharapkan meminta maaf kepada orang tuanya. Kepada saudara-saudara kita yang telah terputus persaudaraan dan persahabatan selama ini, maka kita dianjurkan untuk menyambungkan kembali. Kepada tetangga kita yang sudah lama terputus, maka kita dianjurkan untuk mempertautkan kembali.

Kehebatan silaturahim ini dapat kita lihat pada budaya mudik yang berkembang dalam masyarakat kita. Tidak sedikit di antara kita yang begitu memberikan makna penting silaturahim melalui mudik. Hasil mencari nafkah selama berbulan-bulan di kota-kota besar seringkali direlakan untuk membiayai perjalanan dan kegiatan selama mudik. Saudara-saudara kita yang lain harus rela berdesak-desakan di bis, kereta api dan kapal laut dalam rangka mudik guna mempererat silaturahim. Bahkan resiko kecelakaan dan ancaman nyawa seringkali dikalahkan demi mengusahakan sampai ke kampung halaman guna mempererat silaturahim dan tali persaudaraan ini.

Jika pada hari-hari biasanya, kita sekeluarga dengan saudara-saudara kita berpisah dimana saja sesuai pekerjaan dan tempat mencari nafkah yang kita peroleh, yaitu mengembangkan budaya ”Kumpul ora Kumpul Mangan”, maka pada Idul fitri ini kita kembali pada budaya ”Mangan ora mangan Kumpul”, yaitu budaya bertemu dan bersilaturahim secara bersama-sama. Mudik adalah sebuah tradisi yang penuh sentuhan jiwa. Sebuah panggilan akan kehangatan suasana sekeluarga pada masa kecil dan masa kanak-kanak, saat kita bersama-sama. Mengenang kebersamaan kita dengan kakak dan adik-adik saat kedua orang tua kita masih muda. Dengan apa yang ada dalam rumah tangga kita, menikmati semuanya secara bersama. Mudik juga adalah panggilan kehangatan kita kepada kerabat dan tetangga kita di kampung halaman. Mengenang masa kecil saat bermain bersama dan kunjung mengunjungi dalam suasana yang dekat dan penuh persaudaraan. Sungguh ini merupakan romantisme yang secara emosional sering hadir dalam suasana Idul fitri.

Tali silaturahim ini juga bukan hanya kita sambungkan kembali kepada orang-orang yang masih hidup, akan tetapi juga kepada yang telah mendahului kita. Khususnya kepada kedua orang tua kita. Kita datangi kuburnya, kita doakan mereka dan kita kenang segala kebaikannya. Karena kadang pada hari-hari biasa, saat kita disibukkan dengan segala urusan kita, maka orang tua dan saudara-saudara kita yang telah meninggal terlupakan untuk sekedar kita doakan. Maka kesempatan mudik dan Idul Fitri memberikan kita untuk melakukan itu semua.

Dengan penguatan tali silaturahim melalui kunjung-mengunjungi, saling meminta maaf dan saling mendo’akan, maka tali ukhuwah Islamiyah juga akan ikut menguat. Dengan penguatan tali silaturahim, maka persaudaraan Islam juga akan semakin meningkat. Karena pada dasarnya kita sebagai sesama muslim adalah bersaudara.

Allah SWT berfirman :

Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat (49) : 10)

Rasulullah saw juga bersabda :

Artinya : ”Perumpamaan orang yang beriman yang saling mencintai dan saling menyayangi serta saling mengasihi bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota menderita sakit, maka yang lain ikut merasakan sehingga tidak bisa tidur dan merasa demam”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Terjalinnya persaudaraan Islam yang kokoh akan mendukung terbentuknya masyarakat yang kuat. Masyarakat yang tidak mudah dipecahbelah dan diadu domba. Yaitu masyarakat yang saling menghargai dan penuh toleransi. Setiap perbedaan akan disikapi dengan cara yang dewasa, bukan dihadapi dengan cara emosi dan membesar-besarkan perbedaan dan pertentangan.

Masyarakat yang penuh suasana persaudaraan Islam adalah masyarakat yang lebih mengutamakan bekerja keras untuk berbuat kebajikan. Setiap orang disibukkan dengan berlomba-lomba dalam berbuat baik. Mereka saling tolong menolong dalam menyeru kepada yang ma’ruf dan menjauhi perbuatan nista dan cela. Setiap orang akan memanfaatkan apa yang dalam dirinya atau dimilikinya untuk memberi manfaat bagi sekelilingnya.

Masyarakat yang penuh persaudaraan Islam bukanlah masyarakat yang saling menonjolkan diri pada hal-hal yang tidak penting atau tidak berguna dan salah. Seperti berbangga-bangga tentang kekayaan, ketampanan dan kecantikan serta gaya hidup yang menyimpang dari Jalan Ilahi. Akan tetapi masyarakat yang lebih banyak berlomba untuk lebih banyak beribadah kepada Allah, lebih banyak beramal sholeh, berusaha keras untuk menafkahi keluarga dengan jalan yang halal dan senantiasa untuk mengukir prestasi positif dan memebrikan manfaat dalam kehidupan serta lingkungan sosial.

Semoga Momentum Idul Fitri ini akan memperbaiki seluruh tali silaturahim di antara keluarga kita, memperbaiki tali persaudaraan dengan tetangga kita dan tali persaudaraan di antara sesama umat Islam dan umat manusia pada umumnya. Amin

Marilah kita berdo’a bersama- sama :

Ya Allah, Ya Rabbana, kami yang berkumpul di majelis ini datang karena memenuhi seruan-Mu. Melaksanakan salah satu perintah-Mu, mensyiarkan agama-Mu dan mengagungkan Nama-Mu.

Ya Allah Ya Rabbana, segala pujian, takbir dan tahmid yang kami lafalkan semoga menjadi pengakuan kebesaran-Mu, Memuji segala kekuasaan yang ada pada-Mu dan Mensucikan segala kemuliaan-Mu.

Duhai Allah yang Maha Melihat,

Sungguh Engkau Tahu, betapa banyak kesalahan telah kami lakukan, betapa banyak kekhilafan dan kealpaan pernah kami perbuat, betapa banyak dosa-dosa pernah kami kerjakan. Baik yang diketahui orang lain, maupun dosa-dosa yang hanya Engkau Yang Mengetahui-Nya. Dosa-dosa yang kami kerjakan sejak kami masih kecil, dosa yang kami kerjakan pada masa remaja dan dosa yang kami lakukan hinggalah dewasa kini. Ampunilah semua dosa-dosa kami Ya Allah, Sebab, kepada siapa lagi kami hendak memohonkan Ampun, kecuali kepada Engkau Ya Allah. Meskipun kami diliputi dosa, kami memberanikan diri untuk memohonkan ampun kepada-Mu Ya Allah.

Ya Allah Yang Maha Menyaksikan,

Ampunilah dosa kedua orang tua kami, yang telah membesarkan dan mendidik kami sejak dari kecil sampai kami berumah tangga. Bahkan setelah berumah tanggapun kadang kami masih merepotkan mereka berdua. Kasihilah kedua orang tua kami yang telah melakukan berbagai pengorbanan demi kebahagian kami, meskipun kadang kami masih menyakitinya, meskipun kadang kami kurang memperhatikannya, meskipun kadang kami melukai hatinya. Apabila mereka berdua telah meninggal dunia Ya Allah, terangilah kuburnya, mudahkan hisabnya, bebaskan dosanya dan masukkanlah kedua orang tua kami ke dalam surga-Mu Ya Allah. Ya Allah maafkan dan ampuni kami, apabila pada hari ini tidak mampu mengunjungi orantua kami, karena kesulitan hidup kami.

Ya Allah Ya Rabbana, Ampunilah dosa kakak dan adik kami, dosa keluarga dan kerabat kami, baik yang dekat maupun kerabat yang jauh. Ampunilah dosa guru-guru kami, yang mengajari kami mengenal huruf hijaiyah, yang mengajari kami mengenal huruf latin dan mampu mengeja kata, yang mengajari kami berbagai pengetahuan, yang mengajari kami kesalehan dan ketakwaan, yang kadang-kadang namanya sudah kami lupakan. Yang mungkin pernah kami sakiti atau yang penah kami benci. Ampunilah dosa-dosa mereka Ya Allah, hapuskan dosa-dosa mereka karena kebaikan yang pernah diberikan kepada kami.

Ya Allah Ya Rabbana, Ampunilah dosa istri atau suami kami, Jadikanlah istri kami, istri yang shalihah. Jadikanlah suami kami suami yang shalih. Istri-istri yang tidak mengkhianati suaminya dan suami-suami yang tidak mengkhianati istrinya. Jadikanlah istri atau suami kami sebagai pemberi ketenangan dan kebahagiaan bagi kami, sekaligus pengingat kami, apabila kami lalai.

Ya Allah Ampunilah dosa anak-anak kami. Jadikanlah anak-anak kami, anak-anak yang shaleh, anak-anak yang cerdas, anak-anak yang berakhlak mulia dan anak-anak yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya. Anak-anak yang dapat menjadi pelanjut dakwah Islam, yang senantiasa mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Jadikanlah kualitas anak-anak kami lebih baik dari generasi kami di hadapan-Mu Ya Allah.

Ya Allah Ya Rabbana, tanamkanlah jiwa persaudaraan di dalam dada kami. Sebuah semangat untuk saling mencintai dan menghargai dengan sudara-saudara kami demi mengharapkan cinta dan ridlo dari-Mu Ya Allah. Tanamkanlah semangat persaudaraan ke dalam dada kaum muslimin untuk bersama-sama meninggikan kalimat-Mu di muka bumi ini. Tanamkanlah semangat persaudaraan antar sesama pada bangsa Indonesia, baik rakyatnya, maupun para pemimpinnya, khususnya dalam menghadapi situasi aneka bencana baik bencana alam, bencana kecelakaan, maupun bencana sosial. Jauhkan kami dari pertentangan, dan dekatkan kami dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah saudara-saudara kami dan bangsa kami.

Ya Allah pertemukanlah kami, orang tua kami, istri atau suami kami, anak-anak kami, keluarga, para guru dan para pemimpin yang shalih di surga nanti dengan para nabi dan rasul, para shiddiqiin, para shuhada serta para shalihin. Ya Allah masukkan kami ke dalam jannah-Mu.

Masjid Al-Muhajirian, Yayasan Al-Munawwarah
Bukit Pamulang Indah


Ahmad Juwaini


Jumat, November 09, 2007

MATERI KHUTBAH IEDUL FITRI 1428 H

Lapangan Kompleks Pelni, Cimanggis -Depok
01 Syawwal 1428 H/ Oktober 2007


MENYONGSONG BABAK FINAL AKHIR ZAMAN
Oleh: Muhammad Ihsan Arlansyah Tandjung



Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Marilah kita senantiasa mengungkapkan rasa terima-kasih kepada Allah SWT semata. Allah telah melimpahkan kepada kita sedemikian banyak ni’mat. Jauh lebih banyak ni’mat yang telah kita terima dibandingkan kesadaran dan kesanggupan kita untuk bersyukur. Di antaranya, marilah kita ber-terimakasih kepada-Nya atas ni’mat yang paling istimewa yang telah kita terima selama ini, padahal tidak semua manusia memperolehnya. Dan terkadang kitapun bertanya-tanya mengapa kita termasuk yang memperolehnya? Itulah ni’mat iman dan Islam, yang dengannya hidup kita menjadi jelas, terarah dan berma’na.

Sesudah itu, marilah kita ber-terimakasih pula kepada Allahu ta’ala atas limpahan ni’mat sehat-wal’aafiat. Ni’mat yang memudahkan dan melancarkan segenap urusan hidup kita di dunia. Semoga kesehatan kita kian hari kian mendekatkan diri dengan Allahu ta’ala. Dan semoga saudara-saudara kita yang sedang diuji Allah melalui aneka jenis penyakit sanggup bersabar menghadapi penderitaannya… bersama keluarga yang mengurusnya, sehingga kesabaran itu mengubah penyakit mereka menjadi penghapus dosa dan kesalahan. Amien, amien ya rabbal ‘aalamien.

Selanjutnya khotib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt agar Dia melimpahkan setinggi-tingginya penghargaan dan penghormatan, yang biasa kita kenal dengan istilah sholawat dan salam-sejahtera kepada pemimpin kita bersama, teladan kita bersama…imamul muttaqin pemimpin orang-orang bertaqwa dan qaa-idil mujahidin panglima para mujahid yang sebenar-benarnya nabiyullah Muhammad Sallalahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para shohabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan kita berdo’a kepada Allah swt, semoga kita yang hadir di tempat yang baik ini dipandang Allah swt layak dihimpun bersama mereka dalam kafilah panjang penuh berkah. Amien, amien ya rabbal ‘aalaamien.

Kita baru saja meninggalkan suatu bulan amat mulia, bulan rahmat-keampunan yang membuahkan taqwa dan mengembalikan fitrah. Bulan ujian kesabaran-ujian tenggang rasa-solidaritas, bulan dosa diampuni, kesalahan dimaafkan dan kotoran dicuci. Bulan di dalamnya terdapat suatu malam nilainya lebih baik dari seribu bulan. Bulan penuh berkah dan janji dijauhkan dari api neraka. Bulan yang disebut oleh Ulama Yusuf al-Qardhawy hafizhohullah sebagai madrasah mutamaiyyizah atau lembaga pendidikan istimewa bagi orang beriman. Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan hamba-hamba Allah yang berhasil lulus menjadi muttaqin. Amiin…

Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,

Bulan Ramadhan merupakan musim ketaatan atau maushimut-thoah. Setiap tahun di bulan Ramadhan umat Islam di seantero dunia mengalami transformasi penampilan. Yang biasanya di luar bulan Ramadhan jarang sholat ke masjid, tiba-tiba mendapati dirinya mengayunkan langkah kaki dengan ringannya ke masjid, musholla atau surau. Itulah sebabnya kita temui masjid lebih semarak di bulan suci tersebut.

Yang biasanya di luar bulan Ramadhan terasa berat untuk ber-infaq atau mengeluarkan sedekah, tiba-tiba mendapati diri menjadi dermawan dengan merogoh kantong atau membuka dompet membagi sebagian rizqi kepada fihak lain yang membutuhkan.

Muslimah yang biasanya di luar bulan Ramadhan tidak pernah peduli menutup aurat tubuhnya, seketika dengan semangat menampilkan dirinya berjilbab tiap kali berjumpa dengan lelaki yang bukan muhrimnya di bulan penuh rahmat tersebut.

Benarlah Rasulullah saw ketika bersabda: “Bilamana tiba bulan Ramadhan pintu-pintu rahmat (surga) dibuka lebar-lebar, pintu-pintu jahannam ditutup rapat-rapat dan para syetan dibelenggu.” (HR Bukhary-Muslim)

Kami menjadi saksi, ya Allah, benarnya ucapan Nabi-Mu saw di akhir zaman ini. Kami membukitikan bahwa setiap Ramadhan datang umat Islam mengalami peningkatan gairah ketaatan, ketaqwaan dan perbuatan ma’ruf. Dan sebaliknya terjadi penurunan kadar kemaksiatan, kekufuran dan munkar. Pantaslah bilamana seorang mu’min sejati sangat menginginkan andai Ramadhan berlangsung sepanjang tahun. Ya Allah, saksikanlah, betapa sedihnya kami berpisah dengan bulan agung lagi penuh berkah ini. Ya Allah, kami sangat ingin menyaksikan masjid-masjid kami menjadi penuh

dan semarak sepanjang tahun, diri-diri kami menjadi dermawan dan cinta memberi kepada kaum dhuafa, fuqara wal-masaakin sepanjang tahun serta saudara-saudara muslimat kami berjilbab dengan anggunnya sepanjang tahun. ”

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Sepanjang perjalanan zaman Allah SWT senantiasa memperlihatkan sifat-sifat utamanya, yakni Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Tidak pernah sesaatpun Allah Ta’ala biarkan umat manusia hidup di dunia dalam kegelapan dan ketidak-jelasan. Allah Ta’ala selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada hamba-hambaNya. Allah Ta’ala mewujudkan hal ini melalui pengiriman para utusan-Nya di setiap kelompok umat manusia di sepanjang zaman.

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (semata), dan jauhilah Thaghut (Syaithan) itu” (QS An-Nahl ayat 36)

Tidak ada seorang Nabi ataupun Rasul yang diutus Allah Ta’ala kepada ummat manusia bersuku-bangsa apapun sepanjang zaman kapanpun di negeri manapun, kecuali beliau pasti menyampaikan seruan abadi yang seragam tersebut: “Sembahlah Allah (semata) dan jauhilah Thaghut (Syaithan) itu.

Demikianlah seruan yang disampaikan oleh Nabi Adam as kepada ummatnya, Nabi Nuh as kepada umatnya, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as serta Nabi Isa as kepada masing-masing ummat mereka. Bahkan segenap Nabiyullah -yang 25 namanya diperkenalkan Allah Ta’ala kepada kita di dalam Al-Qur’an maupun yang lainnya yang kita tidak tahu nama-nama mereka tetapi dikatakan oleh para ulama jumlah mereka mungkin mencapai 124. 000 itu- semuanya juga telah menyampaikan seruan abadi tersebut.

Hingga tibalah giliran utusan Allah Ta’ala yang terakhir yakni Nabiyullah Muhammad saw. Beliau merupakan penutup dari rangkaian para Nabi dan Rasul ‘alaihimus-salaam.

Muhammad itu sekali-kali bukanlah ayah dari seorang lelaki di antara kalian, tetapi ia adalah Rasul Allah dan Penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzab ayat 40)

Berarti kesimpulannya ialah:

1. Karena Nabi Muhammad saw merupakan Penutup para Nabi, berarti tidak bakal ada lagi Nabi setelahnya yang diutus Allah Ta’ala untuk membawa ajaran baru bagi ummat manusia

2. Barangsiapa yang lahir dan hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad saw (Penutup para Nabi) pantas dijuluki sebagai Ummat Muhammad saw, baik ia muslim maupun kafir

3. Ummat Muhammad saw merupakan Penutup Para Ummat atau Ummat Akhir Zaman yang dipimpin oleh Nabi Akhir Zaman. So, we are the last of mankind living in the end of time/*. Kita adalah sisa-sisa terakhir ummat manusia menjalani hidup di ujung parjalanan zaman.

4. Kalaupun aqidah iman-Islam kita mengajarkan bahwa kelak di akhir zaman akan diturunkan seorang Nabiyullah yang selama ini dipelihara Allah Ta’ala di langit selama ribuan tahun, yakni Nabi Isa Al-Masih putra Maryam as, maka itu bukan berarti ia akan datang membawa ajaran baru. Bahkan kehadirannya kelak adalah sebagai pengikut & pengokoh ajaran Nabi Muhammad saw. Ia akan mengajak ahli-kitab, kaum Yahudi dan Nasrani untuk memeluk ajaran Nabi Muhammad saw, ajaran Islam. Sebab semua Nabi dan Rasul para utusan Allah pada hakikatnya selalu mengajak manusia kepada ajaran Islam Tauhid, yaitu mengesakan Allah Ta’ala semata.

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Kesadaran bahwa kita merupakan Ummat Akhir Zaman atau The Last of Mankind Living in the End of Time merupakan perkara penting. Sebab hal ini akan membawa kita pada keyakinan bahwa Hari Akhir telah dekat kedatangannya. Bahkan Allah Ta’ala berfirman sebagai berikut:

"Manusia bertanya kepadamu tentang hari akhir. Katakanlah, “"Sesungguhnya pengetahuan tentang hari akhir itu hanya di sisi Allah."

“Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari akhir itu sudah dekat waktunya.” (QS Al-Ahzab 63)

“Dan Rasulullah saw sendiri bersabda: Aku diutus sebelum kedatangan Hari Akhir sebagaimana jari telunjuk ini mendahului jari tengahku.” (HR Muslim 4141)

Saudaraku, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapinya? Bila Hari Akhir sudah dekat waktunya -bahkan semenjak diutusnya Nabi Muhammad saw 15 abad yang lalu- pantaslah Allah Ta’ala menyuruh kita mempersiapkan diri menghadapi hari esok yang perintahnya diletakkan di antara dua kali penyebutan perintah bertaqwa kepadaNya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan _hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS AlHasyr ayat 18)

Ya Allah, jadikanlah ibadah shiyam dan qiyam Ramadhan kami benar-benar menghasilkan taqwa yang memadai untuk membekali kami menghadapi anda demi tanda Akhir Zaman yang terus berdatangan. Kami sadar bahwa semakin mendekati Hari Akhir tentunya ujian dan fitnah yang datang akan kian berat. Yaa muuqallibal-quluub tsabbit quluubanaa ‘ala diinika. Ya Allah Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas ajaranMu.

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Rasulullah saw menjelaskan kepada kita sejak 15 abad yang lalu bahwa Ummat Islam yang hidup di Era Akhir Zaman ini akan mengalami perjalanan sejarah yang mengandung lima babak.

(1) Babak Kenabian akan berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.

(2) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabianberlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.

(3) Kemudian babak Raja-raja yang menggigit berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.

(4) Kemudian babak Raja-raja yang memaksakan kehendak(para diktator)berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.

(5) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian kemudian Nabi diam.” (HR Ahmad 17680)

Hadits ini menguraikan Ringkasan Perjalanan Sejarah Ummat Islam yang terdiri dari lima babak sebagai berikut:

Babak I= Kenabian

Babak II= Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian

Babak III= Raja-raja yang Menggigit

Babak IV= Raja-raja yang Memaksakan kehendak (diktator)

Babak V= Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Babak pertama atau babak Kenabian adalah masa di mana ummat Islam langsung dipimpin oleh Nabiyullah Muhammad saw secara langsung. Babak ini berlangsung singkat yaitu 23 tahun (13 tahun Sebelum Hijrah hingga 10 Hijriah), tidak sampai seperempat abad lamanya. Tetapi ia merupakan masa yang singkat namun diberkahi Allah Ta’ala. Ketika Nabi saw baru diutus pada usia 40 tahun jazirah Arab sedang tenggelam di dalam nilai-nilai zhulumat al-jaahiliyyah (kegelapan nilai-nilai jahiliah). Sementara tatkala Nabi saw wafat pada usia 63 tahun telah terjadi transformasi sosial secara total sehingga jazirah Arab menjadi bersinar di bawah naungan Nurul Islam (Cahaya Ajaran Allah Ta’ala Al-Islam). SubhaanAllah

Babak pertama sudah berlalu, saudaraku.

Babak kedua atau babak Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian adalah masa di mana setelah wafatnya Nabi Muhammad saw ummat dipimpin oleh para sahabat mulia yang dijuluki Khulafaa Ar-Rasyidin (para khalifah yang jujur, adil dan istiqomah mengikuti Allah dan RasulNya). Masa ini ditandai kepemimpinan sahabat-sahabat utama, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khattab, Ustman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Tholib radhiyAllahu ‘anhum ajmaa’iin (semoga Allah meridhai keempatnya tanpa kecuali). Babak ini juga berlangsung singkat yaitu 30 tahun (tahun 10 H hingga 40 H), seperempat abad lebih sebagaimana prediksi Nabiyullah Muhammad saw: “Era Al-Khilafah di dalam ummatku berlangsung tugapuluh tahun, kemudian sesudah itu muncullah era kerajaan demi kerajaan. ” (HR At-Tirmidzi 2152)

Babak kedua sudah berlalu, saudaraku.

Kemudian muncullah babak ketiga atau babak kepemimpinan Raja-raja yang Menggigit. Ia adalah masa di mana ummat Islam dipimpin dengan pola kerajaan selama masa yang cukup lama yaitu sejak tahun 40 H hingga tahun 1342 H atau sekitar 14 abad, tepatnya selama 1302 tahun. Babak ini terutama ditandai dengan berdirinya tiga kerajaan Islam besar-besar yaitu Daulat Bani Umayyah lalu Daulat Bani Abbasiyyah kemudian Kesultanan Utsmani Turki yang di dalam berbagai kitab sejarah dunia (barat) lebih dikenal dengan The Ottoman Empire.

Mengapa pada masa ini para pemimpin ummat dijuluki oleh Nabiyullah Muhammad saw sebagai “para raja yang menggigit”, padahal ummat masih menyebut mereka sebagai khalifah, institusi negara Islam masih bernama khilafah dan Al-Qur’an serta Sunnah Nabi saw masih dijunjung tinggi? Karena ketika itu suksesi pergantian kepemimpinan seorang khalifah kepada khalifah berikutnya menggunakan pola keturunan alias pola kerajaan. Sementara disebut “menggigit” karena para raja tersebut “menggigit” Al-Qur’an dan Sunnah, turun sedikit kualitasnya dibandingkan babak sebelumnya di mana para Khulafaa Ar-Rasyidin “menggenggam” Al-Qur’an dan Sunnah secara kuat dan mantap. Oleh karenanya, babak ketiga ini jelas babak yang lebih buruk daripada babak kedua. Namun ia masih jauh lebih baik daripada babak keempat, sebab setidaknya ia masih mampu memelihara ummat Islam berada di dalam satu kesatuan Jama’atul Muslimin yang tunggal dengan wilayah geografis Daulah Islamiyyah yang tunggal serta kepemimpinan yang memiliki otoritas tunggal. Pada masa ini tidak ditemukan kasus perbedaan penetapan tanggal jatuhnya hari Raya Idul Fitri, karena masih ada Final Decision Maker yang menyelesaikan berbagai perbedaan hasil ru’yatul hilal yang muncul di tengah ummat. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Babak ketigapun sudah berlalu dan menjadi sejarah, saudaraku.

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Setelah perjalanan sejarah Ummat Islam melalui babak pertama, kedua dan ketiga, maka Nabiyullah Muhammad saw selanjutnya memberitakan akan datangnya babak keempat yaitu babak kepemimpinan Raja-raja yang memaksakan kehendak(para diktator). Ini adalah babak yang diawali semenjak runtuhnya kekhalifahan kesultanan Ustmani Turki pada tahun 1924 atau 1342 H. Babak ini ditandai dengan runtuhnya kesatuan Ummat Islam dengan kesatuan wilayah dan kepemimpinannya. Ummat Islam menjalani kehidupan laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Dunia Islam terurai menjadi kepingan-kepingan negeri yang memiliki arah dan sistem beraneka jenis yang pada umumnya jauh dari arah dan sistem Islam. Mulailah dunia memiliki para pemimpin dan penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Nasionalisme dan sekularisme menjadi dominan pada tataran kehidupan sosial-kemasyarakatan, sementara identitas dan ideologi Islam cenderung dilokalisasi pada tataran kehidupan individual semata.

Pada babak keempat ummat Islam menjalani the darkest ages of the Islamic history (masa paling kelam dalam sejarah Islam). Ini sudah merupakan skenario Ilahi dalam rangka menyadarkan kita akan benarnya firman Allah Ta’ala sebagai berikut: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)…” (QS Ali Imran ayat 140)

Ada harinya orang-orang beriman mengalami kejayaan dan memiliki peradaban yang kuat, sementara ada harinya mereka merasakan kekalahan, keterpurukan dan ketidak-jelasan peradaban. Ada pula harinya orang-orang kafir berjaya, memiliki peradaban bahkan berlaku semena-mena dan ada harinya mereka keok, kalah serta tidak berdaya menyebarluaskan budaya maksiat dan kekufurannya. Itulah sunnatullah yang mesti berlaku dalam kehidupan di dunia yang fana ini.

Yang penting bagi kita adalah setelah menyadari kita berada pada posisi terpuruk sekarang ini seyogyanya kita bersungguh-sungguh memelihara kesabaran dan konsistensi (istiqomah) dalam menjalankan kehidupan berpandukan ajaran Islam. Kita tidak mungkin banyak berharap dalam situasi di mana para sedang merajalela menguasai dunia dewasa ini. Kondisi ini bahkan telah dinubuwwahkan oleh Rasulullah saw melalui berbagai Tanda-tanda Akhir Zaman yang begitu banyak bermunculan di era kita sekarang ini.

Bahkan jika kita cermati hadits mengenai perjalanan sejarah Ummat Islam riwayat Imam Ahmad di atas sudah sepatutnya kita mengembangkan optimismeselain sabar dan istiqomah- karena babak keempat bukanlah babak final perjalanan nasib ummat Islam. Masih ada satu babak lagi yang perlu dijemput oleh ummat Islam. Itulah babak kelima di mana bakal tegak kembali era kepemimpinan orang-orang sekaliber Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali, yaitu Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian. Suatu era yang barangkali tidak terbayangkan bagi siapapun yang telah begitu dahsyat terperangkap dalam kesenangan menipu babak keempat sekarang ini. Era yang sudah pasti dinantikan oleh setiap muslim-mu’min yang merindukan tegakknya keadilan dan kejujuran hakiki.

Jamaah sholat Idhul Fitri rahimakumullah

Marilah kita persiapkan diri seoptimal mungkin untuk menghadapi babak final, babak kelima tersebut. Mari kita kenali, fahami dan persiapkan diri menghadapi Tanda-tanda Akhir Zaman yang bakal memenuhi panggung sandiwara dunia di masa peralihan babak keempat menuju babak kelima Ummat Akhir Zaman ini. Pastikan keberfihakan kita kepada Imam Mahdi dan Nabiyullah Isa Al-Masih as. Pastikan penolakan kita masuk ke dalam pasukan para penguasa diktator babak keempat apalagi ke dalam pasukan Dajjal, fitnah terbesar di Akhir Zaman kata Nabi saw.

Ibarat sebuah film, dunia saat ini telah berada pada episode menjelang The End. Bayangkan, sudahlah kita dijuluki Ummat Akhir Zaman, lalu dari lima babak perjalanan Ummat Akhir Zaman yang beriman ini, kita berada di babak keempat pula. Berarti, kita wajib mempersiapkan diri menyongsong babak final Akhir Zaman. Masa transisi dari babak keempat menuju babak kelima kata Nabi saw bakal diwarnai banyak ujian dan fitnah yang kian menghebat sehingga sebagian ulama menyebutnya sebagai era Huru-hara Akhir Zaman.

Tidak ada sutradara manapun yang menulis skenario untuk mengecewakan para penonton. Sutradara selalu memastikan bahwa jagoan atau the Good Guys keluar sebagai pemenang atas para penjahat (the Bad Guys). SubhaanAllah, apalagi Allah Ta’ala, sebaik-baiknya Penulis Skenario. Pastilah Allah berrencana memenangkan tentaraNya atas tentara Dajjal atau hizbusy-syaithan.

Namun, sebagaimana semua film pada umumnya, mustahil jagoan menang sebelum melalui episode yang paling seru dan dahsyat. Artinya, mustahil babak kelima akan datang bila Ummat Islam berharap mencapainya sekedar dengan berjalan melalui taman-taman bunga. Sudah sewajarnya bilamana peralihan babak keempat menuju babak kelima melewati bukit-bukit berbatu dan jurang-jurang curam diwarnai deraian airmata bahkan sangat mungkin bersimbah darah. Sebab mustahil para penguasa diktator babak keempat akan menyerahkan begitu saja kepemimpinan kepada orang-orang beriman dan beramal sholeh kecuali melalui sebuah perlawanan yang keras. Satu hal

yang pasti, masa transisi itu mustahil sekedar melalui meja perundingan, apalagi sekedar melalui permainan pertarungan “kotak suara”.

Wallahu ‘alam bish-shawwaab.

DOA

"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS 18:10)

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS 9:10)

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). " (QS 3:8)

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. ” (QS 25:74)

“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. ” (QS 3:147)

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang ebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan

rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. ” (QS 2:286)

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu), "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. ” (QS 3:192-194)

Muhammad Ihsan Tandjung.

Cimanggis, Depok

1 Syawwal 1428/ Oktober 2007