Sabtu, Januari 19, 2008

ADA USAHA MEMBANGKITKAN KEMBALI KOMUNISME DI INDONESIA

akarta, 10 Oktober 2000

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

ADA USAHA MEMBANGKITKAN KEMBALI KOMUNISME DI INDONESIA
Yusuf Nugroho
Jakarta - INDONESIA.

GAMBARAN PALSU KOMUNIS

"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci." (Ash-Shaff, 61: 8) "Hanya saja aku khawatirkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan." (Sabda Rasulullah)

Hedrick Smith, Koresponden The NEW YORK TIMES di (dulu) Uni Soviet, dalam buku THE RUSSIANS mengatakan, antara lain, "Barangkali Marx akan menggeliat di kuburnya kalau menyaksikan Marxisme dalam praktek."

Betapa tidak, kaum Leninis yang menumbangkan rejim feodal-hedonis Tsar pada 1917, ternyata tidak memenuhi "janji-janji sorgawi" masyarakat tanpa kelas yang dikecapkannya. Mayoritas rakyat Russia hidup sengsara lahir-batin. Yang di kota-kota besar, seperti Moskow, hidupnya serba kekurangan pula. Untuk membeli sepotong roti, odol, sabun -- apalagi daging -- mereka terpaksa antrean panjang di tengah dinginnya salju Moskow. Sementara itu kalangan elit Politbiro Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) hidup serba cukup, punya akses pada valas untuk belanja di Duty Free Shop di Moskow. Bersama para Pati dinas rahasia militer GRU dan, KGB selama weekend mereka berhura-hura; pesta minum alkohol dan "main perempuan" di Dacha (villa elit Politbiro Partai KGB - GRU) di luar Moskow. Sementara itu puluhan juta wong cilik yang dikecapkan kaum Stalinis sebagai kaum proletar yang dimerdekakan dari ketertindasan rezim Tsar tetap keleleran kekurangan bahan pangan.

Itulah gambaran nyata tentang kepalsuan, kesia-siaan dan kemunafikan sistem Soskom. Masyarakat tanpa kelas sama rasa sama rata tidak pernah terwujud. Sebab memang utopi, menyalahi sunnatullah. Yang ada adalah negara diktator baru sipil-militer Komunis (1917 - 1989). Kebebasan berserikat, berfikir dan bertindak? sama sekali tidak ada! Warga negara sipil bahkan diharamkan memiliki dan mempergunakan mesin tik! Industri dan pertanian diatur ketat Pemerintahan Komunis. Siapapun mencoba mengkritisi Pusat bakal di-Siberia-kan. Lenin "juru selamat" kaum proletar di Russia, tidak diketahui pemujanya di luar Russia; ternyata orang yang sama bengisnya dengan Pol Pot. Adalah Lenin yang pada th 1930-an mengotaki pembantaian sekitar enam juta kaum Kozak di Russia.

Kaum petani dan buruh yang mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, merupakan penghalang bagi masyarakat "sama rasa dan sama rata" di dalam sisten Komunis. Kelas masayarakat yang mandiri seperti itu tidak bakal dapat dikuasai dan diperbudah oleh para elit Komunis. Maka, seluruh peralatan dan sarana pertanian dan industri skala kecil kaum Cozak disita. Mereka dibiarkan mati kelaparan! Dan Jerman yang kemudian dikambing-hitamkan!

PENIPUAN BUSUK KAUM KOMUNIS

Dalam upaya menguasai bangsa Afganistan yang muslim, para pentolan militer Uni Soviet telah melakukan penipuan busuk. Moskow kirim ribuan tentara dari wilayah berpenduduk mayoritas muslim di Russia. Pasukan muslim itu diyakinkan bahwa mereka akan menghadapi pasukan AS di Afganistan. Di Afganistan mereka sadar telah ditipu para petinggi militer di Moskow. Yang mereka hadapi ternyata Mujahiddin sesama muslim, maka sebagian besar tentara Soviet dari kawasan muslim itu kemudian melakukan disersi. Alias membelot.

Penguasa Komunis di RRC sami mawon dalam tipu menipu. Pada awal dekade 1990-an kalangan Kongres AS menengarai, dalam rangka menekan biaya produksi komoditas ekspornya (a.l. sepatu) Pemerintah RRC memanfaatkan tenaga kerja "gratisan" narapidana di penjara RRC. Begitu pula terhadap pekerja di dunia pertekstilan. Gaji mereka amat sangat rendah. Sama dengan sikap AS terhadap penggunaan tenaga kerja anak, Undang-Undang Perdagangan AS "Super 301" mengkategorikannya sebagai "unfair trade practice" yang layak digugat.

Namun upaya Konggres AS mencabut status Most Favored Nation RRC, selalu berhasil dipatahkan oleh lobi kuat asosiasi pebisnis (importir/agen produk RRC) di Kalifornia. Sementara itu di awal 2000 LSM, pecinta binatang di Barat memprotes keras pembantaian massal atas kucing dan anjing di RRC. Pemerintah RRC memanfaatkan bulu binatang piaraan itu untuk bahan mainan boneka ekspor.

Selama Revolusi Kebudayaan, warga muslim Cina sekarang 200 juta orang terus ditindas. Kini jumlah jemaah haji Cina oleh Pemerintah Cina Komunis dibatasi tidak lebih dari 300 orang pertahun. Maka terkesan sangat naif azas demokrasi dan HAM, yang oleh Presiden Durrahman dijadikan sebagai rationale/pembenaran (RCTI, Selasa 28/3/2000) bagi penghalalan kembali PKI. Jelas atheis dan penindas ummat muslim hendak ditolerir.

Sejarah hitam PKI di negeri ini (1927, 1948, 1965) sarat dengan kekejaman dan sikap permusuhan PKI terhadap muslim, terutama di era Demokrasi Terpimpin. Presiden perlu mencermati lagi QS. Al-Maidah, 5: 2. Apa yang panjenengan cari, Gus? Hadiah Nobel wong Barat anti Islam atau ridho Allah?

Pada akhir dekade 1950-an pemimpin revolusi Kuba Fiel Castro memimpin perlawanan terhadap diktator Batista. Sama seperti para pentolan Stalinis Bolshevic, Fidel Castro juga menebar janji-janji sorgawi pembebasan rakyat Kuba dari penindasan rejim Batista. Tetapi setelah Batista didepak, Castro dan pengikutnya melucuti rakyat Kuba. Sistem poleksosbudkam Sosialis Komunis diterapkan. Rejim militer Komunis menjadi penindas rakyat Kuba!

Lain lagi Korea Utara. Seorang pembelot Korea Utara mengungkapkan, di bukunya NORTH KOREA AS I SEE IT (1970an), bahwa seluruh anak kelas Nol Korea Utara telah dicuci otak. Yaitu bahwa ayah mereka adalah Pemimpin Besar Kim Il-sung Presiden pertama Korea Utara (tunggu, artikel lain penulis mengenai proyek rahasia "Pemerintah bayangan" di A.S. dan Eropa. Yaitu menyangkut upaya lama kaum Yahudi, dalam rangka menguasai masyarakat sipil di seluruh dunia via proyek "Mind Control". Yakni via narkoba, budaya hedonis, senjata eksotis elektromagnetik dan chip implant di otak manusia!).

KOMUNIS MENGHALALKAN SEGALA CARA, TERMASUK ADU DOMBA

Menghalalkan segala cara, termasuk adu domba antarkelompok non-Komunis, telah dan tetap dilakukan kaum Komunis di dunia. Di Tanah Air, kini dilakukan oleh mantan pentolan PKI dan sebagian keturunan dan simpatisan mereka termasuk "Communist Survivors" yang berhasil menyusup ke orsospol dan kelompok agama tertentu. Fakta menunjukkan bahwa orang orang binaan PKI telah disusupkan di berbagai orsospol di Tanah Air. TNI pun telah diinfiltrasi.

Paman penulis (alm.) Pamen TNI-AD dalam inspeksi ke Daerah th. 1970-an menemukan, antara lain, salah satu pelatih lempar granat di diklat militer ternyata binaan PKI. Pada dekade 1980-an seorang Pamen TNI-AD di kota besar di Jawa Barat terbuka kedoknya sebagai binaan PKI. Departemen penitng non-milier juga disusupi agent-in-place PKI. Ketika pada awal dekade 80an Mayor Jenderal Sarwo Edhy Wibowo menjabat Inspektur Jenderal DEPLU, mantan Komandan RPKAD itu (ditulis koran kondang DKI) berhasil membongkar jaringan eks PKI di DEPLU dan di Perwakilan RI di Luar Negeri. Balasan ex-PKI "kategori B" dilengser. Tetapi satu dua orang lolos mencapai karir puncak Kepala Perwakilan RI.

Sebuah dokumen rahasia dari kalangan intelijens (1994) menyebutkan, pejabat senior di departemen penting adalah binaan Komunis negara soskom ketika ybs belajar dan bekerja di Eropa Timur. Salah satu bawahannya, PNS eselon IV, bertanggung-jawab atas lalu-lintas teleks rahasia, disebutkan berayah mantan PKI kategori B. Selama pejabat senior di unit "basah" itu jadi "Pimpro" bernilai Rp. 40-an milyar, ditenggarai sekitar Rp 3 M (1992) telah menguap. Ketegangan hubungan juga terjadi antara dua unit operasional khas, akibat favoritisme dan kroni-isme (sentimen angkatan dan unit khas) yang dikembangkan pejabat eselon dua itu.

Sementara itu pada th 1990-an, aparat Kantor Atase Pertahanan RI di AS sempat disibukkan "geriyla politik" (gerpol) seorang kandidat S-3 di kalangan PERMIAS (Persatuan Mahasiswa Indonesia di AS). Ybs menebarkan benih perpecahan di kalangan PERMIAS. Insinyur jebolan perguruan tinggi teknik kondang itu -- kini PNS senior Departemen penting adalah putera mantan tokoh LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat/PKI) yang dimakamkan di negeri Soskom. Sekjen Departemen itu (1980-an), Pati dari BAKIN, dinilai telah "kecolongan". Jangan lupa, ybs pernah jadi agitator di kalangan PERMIAS.

KOMUNIS BANGKIT DARI KUBURNYA DISAMBUT GUS DUR

Kini, Komunis Russia bangkit dari kuburnya. Mantan maestro intelijens KGB, Alexander Putin, menjadi presiden. Sementara itu, para pentolan eks PKI yang lari ke Eropa Timur kini kembali ke Indonesia. Di antara mereka ada yang telah memulai gerpolnya kepada penguasa baru era reformasi. Ke-tidak-fanatik-an" Presiden -- dan terutama sikap zahir yang cenderung "anti Islam" (unsur mana sudah jelas) selama ini dimanfaatkan mantan pentolan PKI, sebagai "Godfather" (pengayom), baru dalam rangka PKI mendapat legitimasi lagi di Indonesia.

Sangat disesalkan Presiden telah menafikan fakta sejarah kebiadaban PKI. Presiden menganggap sepi aspirasi puluhan juta ummat muslim. Sebagian besar ummat muslim disepelekannya dan dianggap bodoh! Cermati pernyataan kerasnya mengenai konsep negara Islam. Allah tidak secara spesifik mewajibkan muslim mendirikan negara Islam. Tetapi jelas syariat Islam WAJIB ditegakkan di dunia. Simak QS. Al-A'raaf, 7: 3 dan An-Nisa', 4: 60 dan beberapa firmanNYA yang lain.

Mengapa Presiden menyembunyikan ayat-ayat itu? Presiden tokoh muslim (NU) itu juga menganggap sepi firman Allah, tentang kewajiban dan tanggung-jawab pemimpin ummat. Hukum Allah ia nomor-dua-kan. UUD 1945, produk hukum wadl'i yang da'if dan tidak sempurna, dijadikannya pembenaran dan acuan berhujjah, berniat serta bertindak. Yaitu menyangkut pemulihan hak-hak hukum dan politik eks PKI dan keturunan mereka, melalui TUNTUTAN [baca: pemaksaan oleh] Presiden bagi pencabutan TAP MPRS No. 25 Th 1966.

Presiden menyatakan TAP MPRS itu salah, karena buatan orang. Lantas, apa bedanya dengan UUD 1945, yang juga ciptaan kelompok orang, bahkan mayoritas unsur sekuler-Islamfobi? Presiden berkilah bahwa PKI dan Komunis tidak disebut di dalam UUD 45. Masyumi juga tidak disebut, Gus! Presiden terus bersikukuh menggoalkan masalah itu dalam kapasitasnya selaku Presiden. Sementara itu seorang Kiai yang meminta perhatiannya (pada kesempatan Konggres PDI-P) mengenai masalah peka itu, dipersilahkannya agar menyikapinya dari segi ke-Kiai-annya.

Luar biasa. Seorang Presiden Kiai menafikan larangan Allah, bagi orang beriman, lebih-lebih ulil amri, untuk memisahkan antara urusan duniawi (termasuk bernegara) dan urusan uchrowi (QS. Al-A'raf, 7: 3; An-Nisa', 4: 60, 65, 150-151; Al-Maidah, 5: 44, 45, 47; al-Hajj, 22: 41). Kalau aturan Allah pun dicampakkan, demi mendapat ridho kaum atheis PKI, mau berbuat apa lagi kita umat muslim? Tidak lain kecuali mendoakannya agar kiranya Allah membuka mata hatinya, dan penyakit ghurur tidak merasuki kalbu Kiai Ciganjur ini -- yang oleh KH. Moh. Alawy disebut nyeleneh (SABILI, pertengahan 1999).

Adalah Imam Ghazali yang menengarai, bahwa kalangan Ulama pun rentan terhadap penyakit merusak qalb itu. Gemar berbohong ("Mbak Mega mau mandi."), menuduh orang melakukan kejahatan tanpa bukti (vs. Kivlan Zein, Adi Sasono, Laksamana Sukardi, Habib Ali dll), mencerca dan mencela sesama muslim non-Nahdliyyin -- adalah indikasi qalb yang sakit penuh dengan hasad, sepi dari zikir yang khusyu' dan ikhlas.

Presiden yang kutu buku pada saat belajar di Kairo, ketika PKI sedang berjaya di era Demokrasi Terpimpin sampai kudetanya pada 30/9/1965, seyogyanya dibacakan ISLAM DI ANTARA KEBODOHAN UMMAT DAN KELEMAHAN ULAMA (A. Qadir Audah, alih bahasa oleh Mu'ammal Hamidy, Penerbit Media Dakwah, Cetakan Kedua 1401 H/1981 Jakarta).

Silahkan simak lagi QS. Al-A'raf, 7: 3; An-Nisa', 4: 60, 65; Al-Maidah, 5: 44, 45 dan 47, tentang kewajiban mentaati dan menjalankan seluruh hukum-NYA dan Rasul-NYA dalam urusan duniawi. Termasuk dalam bernegara. Berlepas diri dari syari'at Islam, dan sebaliknya mengutamakan UUD 1945 yang tidak sempurna, maka Presiden sengaja hendak playing God. Eling, Gus. Jabatan panjenengan adalah amanah. Kebenaran hanya pada Allah (Ali 'Imran, 3: 60).

Salah satu pidato Bung Karno yang terkenal adalah "JASMERAH". "Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah". Presiden RI pertama itu telah melakukan political blunder dengan NASAKOM-nya. Terus ngotot dengan tuntutannya bagi pencabutan TAP MPRS No. 25 Th. 1966, maka Presiden Wahid dengan kesadaran penuh sengaja hendak mengulang blunder itu, yaitu menghidupkan lagi NASAKOM. Artinya, memberikan peluang kepada kaum Komunis Indonesia menindas lagi umat beragama. Terutama umat muslim. Seperti dikatakan ulama kondang di Jakarta, Presiden Wahid menabuh genderang perang terhadap umat muslim Indonesia.

KOMUNIS TERUS MELAKUKAN GERPOL DAN PROVOKASI

Di awal era Perang Dingin antara sistem Kapitalis (baca: AS) dan sistem Komunis (Uni Soviet, RRC dan satelitnya), Menlu AS pernah menyatakan bahwa "The main battlefield against Communism is in the kitchen." Ditengarai bahwa kemiskinan dapat menjadi lahan subur bagi tumbuhnya Komunisme. Paham Komunisme/Marxisme tidak laku di tengah rakyat yang serba cukup dan pemerintah yang "adil". Di negara sebebas AS jumlah orang Komunis dilaporkan Badan Investigasi Federal (FBI) s/d 1990-an awal tidak lebih dari 2000 orang. Pada masa itu tercatat jumlah tunawisma ("homeless") mencapai sekitar 37 juta orang. Di Eropa Barat, setelah Komunis Soviet ambruk, ditengarai bahwa badan Amnesty Internasional disusupi juga oleh sekelompok orang-orang "New Left" yang berorientasi Soskom (Stalinis). Beberapa bulan yl ditengarai ada seorang anggota DPRD di Yogyakarta, dari fraksi satu parpol besar, berindikasi "merah".

Maret yang lalu Harian REPUBLIKA mengutip penilaian seorang pemerhati, bahwa aksi penebangan hutan di Kabupaten Gunung Kidul berpola ciri khas aksi sepihak PKI selama periode 1960-an pra G-30/S-PKI. Ketika pada tahun 1992 penulis mengantar kawan ke Panggang, Gunung Kidul, penduduk setempat melaporkan adanya kegiatan kelompok "Islam" aneh di sana. Mereka shalat tanpa berwudlu dan tidak mau berasosiasi dengan muslim setempat. Desa kelompok aneh itu pada dekade 1960-an dikenal sebagai basis PKI. Seorang anggota jemaah aneh itu rutin pergi ke Jakarta naik bis malam. Mengambil dana dari sponsornya di Jakarta?

Beberapa hari setelah kerusuhan Mei 1998 di Jabotabek, seorang tokoh buruh yang oleh sebuah majalah mingguan terkenal ditengarai berayah tokoh BTI di Sumatera, menyatakan bahwa kerusuhan berdarah itu diotaki oleh kelompok Islam. Tokoh waton jeplak ini, yang kalau mengenakan peci berpenampilan mirip pentolan PKI Muso, buru-buru meminta maaf ketika pernyataan ngawurnya itu mengakibatkan kelompok muslim bereaksi sangat keras. Kelompok ini mengungkapkan "dossier" (data lengkap profil jati diri) tokoh Sosialis kiri ini, yang diyakini pernah mencoba "menghilangkan jejak" latar belakang "merahnya", antara lain dengan mengubah [baca: memalsukan jatidirinya (identitas diri).

AWAL KEBANGKITAN SISA-SISA KOMUNIS

Inilah awal kebangkitan sisa-sisa dan simpatisan serta anak-cucu-keponakan mantan tokoh PKI. Beberapa bulan yl seorang kawan, putera mantan Pejuang Perang Kemerdekaan (T.P.), dalam perjalanan ke Jakarta dengan KA malam berdialog dengan beberapa mahasiswa. Kelompok kecil mahasiswa itu turun di stasiun Cirebon, hilang ditelan kegelapan malam. Salah satu dari generasi muda keblinger itu menyatakan, bahwa terpuruknya bangsa ini hanya dapat diselesaikan melalui revolusi. Yaitu dengan menghancurkan seluruh sarana dan prasarana ekonomi, agar seluruh komponen masyarakat melarat untuk bersama-sama memulai dari nol lagi. Indikasi ke arah itu kebangkitan PKI gaya baru bukan isapan jempol belaka.

Lengsernya Soeharto, dan otomatis ambruknya rejim Orba, dijadikan momentum bagi upaya tersebut. Berbagai modul operandi digelar. Sebuah kelompok mantan pentolan orsospol PKI, GERWANI, dan mantan pentolan LEKRA Pramoedya Anantatoer, di awal era reformasi yl membentuk tim pencari fakta atas satu juta orang korban G-30/S-PKI. Silahkan dicermati, tokoh non-muslim dan non-Komunis mana yang telah memberikan dukungan.

Di era Demokrasi Terpimpin dan NASAKOM (unsur "A" alias agama, orsospol Islam mana yg menerima azas absurd itu cukup jelas) tokoh LEKRA itu bersama komplotannya melancarkan teror politik/kebudayaan terhadap lawan lawan politiknya. Banyak tokoh cendikiawan muslim (terutama Masyumi) dipenjarakan rejim Orla yang didominasi PKI. CGMI, organisasi mahasiswa Komunis, meneror HMI. PKI membujuk Bung Karno agar membubarkan HMI, sebab HMI menentang pemberian gelar kehormatan doktor oleh Soekarno kepada PM Kruschev.

Akibat agitasi dan provokasi LEKRA, Buya HAMKA dipenjara oleh rejim Orla. Posisi Pramoedya di atas angin selama Orla, dipaparkan budayawan Taufik Ismail dalam MARXISME KEMBALI DIGANDRUNGI kaum muda (majalah HIDAYATULLAH Edisi 06/Th. VIII Oktober 1995). Sementara itu Kolonel (Purn) Latief, setelah dibebaskan dari L.P. Cipinang, menggelar opsus penyesatan ("red flag operation") tentang peran Jenderal Soharto dalam G-30/S-PKI. Kolonel PKI itu telah sengaja menjungkir-balikkan dan memelintir fakta sejarah hitam PKI. Maling teriak maling, buruk muka cermin dibelah, adalah ciri khas orang orang Komunis dan munafik.

Disayangkan, kelompok wartawan muda yang buta sejarah kekejian PKI -- sebab rata-rata generasi kelahiran paska 1970-an -- tidak mau bersusah payah menelusuri kiprah Kolonel PKI itu dalam Pemberontakan Madiun September 1948 yang diotaki FDR/PKI. Pernyataan dan pemutarbalikan fakta (sejarah) hitam PKI oleh Kolonel Latief, ditelan mentah-mentah kelompok wartawan muda sekuler dan berkualitas amatiran. Kolonel Latief berapologia bahwa ia telah dijebak Pamen TNI-AD binaan PKI, Kolonel (Cakrabirawa) Oentoeng. Ia menepis anggapan bahwa dia seorang "diehard Communist". Kolonel (Purn) Latief telah maling teriak maling!

Orang tua penulis mantan TNI Tentara Pelajar BRIGADE 17 mengetahui bahwa dalam Clash I dan Clash II di Yogyakarta, Kolonel Latief waktu itu perwira dalam "Kompi Merah" di Sektor Barat Yogya. Kompi itu bagian dari Batalyon "merah" pendukung Front Demokrasi Rakyat (FDR/PKI) dalam Pemberontakan Madiun 1948. Kesibukan kalangan TNI waktu itu menghadapi musuh utama, Belanda, menyebabkan TNI tidak sempat melakukan "bersih lingkungan" terhadap unsur militer pro FDR/PKI di Madiun. Termasuk perwira Latief yang karier militernya melejit (disusupkan PKI), sampai ke kesatuan elit Cakrabirawa pengawal Presiden RI.

KOMUNIS MENANAM AGEN

Sangat canggih modul operandi Komunis menanam agent-in-place (ilfiltrator/Mole) di birokrasi sipil dan militer, kalangan santri, dan gereja di Indonesia sejak tahun 1914. Menjelang akhir 1960-an, seorang dosen di Yogyakarta diketahui berperan-ganda sebagai sleeper atau "sleeping dog" -- alias agen dinas rahasia KGB Uni Soviet. Tanpa diketahui aparat intelijens KODAM (waktu itu) VI Diponegoro, dua spion KGB Kedubes Uni Soviet di Jakarta keluyuran di Yogyakarta. Di Bandara Adisoecipto mereka dijemput oleh dosen senior itu.

Menggunakan sedan Mercedez Benz hijaunya dosen ini membawa dua agen KGB itu, ke sebuah safe house di kawasan wisata Bandungan dekat Ambarawa antara Magelang dan Semarnag. Di Yogyakarta dua agen rahasia KGB itu melakukan kontak dengan "sleepers" lain, yaitu pebisnis WNI-cina di Jalan Malioboro dan seorang wartawan senior koran sekuler (telah meninggal). Di perpustakaan Universitas Gajah Mada agen KGB itu menyerahkan bungkusan kepada salah satu sleepers. Dana operasi sleepers? Bukan tidak mungkin. Ini yang disebut rendezvous [temu muka] antara "case officer" (pembina) dan agen lokal binaannya.

Pada dekade 1980-an seorang wartawan senior di Surabaya bunuh diri menelan kapsul sianida. Cara khas spion KGB, bagian dari S.O.P. memutus jaringan spionasenya. Sebab keterkaitannya dengan KGB di Indonesia diketahui oleh aparat intelijens setempat.

Dinas Rahasia CIA dan Defense Intelligence Agency/DIA serta MOSSAD melakukan juga. Sebuah buku ditulis mayor pembelot MOSSAD (1991), EVERY SPY A PRINCE, menyebutkan bahwa Dinas Rahasia Israel MOSSAD telah berkantor di "downtown Jakarta" sejak 1967. Mereka berkedok pebisnis dan membawa paspor Eropa Barat. Pada tahun 1996 seorang mantan Pati TNI-AD mengindikasikan kepada penulis, bahwa "LBM" kemudian memanfaatkan jasa Mossad di Jakarta selama periode 1980-an.

Israeli Military Industry/IMI (Pindad-nya Israel) juga produsen peledak jenis C4 ("bom plastik"). Cermati aksi pemboman akhir akhir ini di Jakarta. Israel juga produsen "disk follower", alat penyadap komunikasi selular, fax dan telpun darat. Bukan tidak mungkin, komunikasi rahasia Istana, elit orsospol (terutama Islam!), TNI serta Polri disadap MOSSAD! Kedubes A.S., Russia, RRC, Inggris dll juga rutin nguping dengan alat penyadap serupa.

Diungkapkan sebuah Tabloid Politik (1998) Let.Jen. (Purn) Prabowo Subijanto pada awal dekade 1990-an menemukan, dari 10 ribu senapan M-16 yg dibeli Dephankam terdapat 20 ribu pucuk M-16. PANGAB waktu itu Jenderal Benny Moerdani. Dipakai untuk apa surplus 10 ribu M-16 itu, hanya Benny dan "his boys" yang tahu jawabannya. Kini cermati beredarnya senjata jenis itu di kalangan "pasukan merah" dalam konflik di Ambon dan Maluku Utara.

Selama era Perang Dingin Politbiro PKUS, GRU dan KGB menempatkan agen-agennya di Kedubes uni Soviet di manca negara berkedok diplomat dan Atase Militer. Tetapi para Dubes Uni Soviet tidak berdaya menghadapinya, sebab sesungguhnya "lurah" KGB di Kedubes Uni Soviet lebih berkuasa. Di Jalan Malioboro, Yogyakarta tahun 1967, Dubes Uni Soviet terlihat sedang dimarahi supirnya. Supir CD-37 mobil dinas Dubes Uni Soviet itu ternyata "Residentura", yaitu lurah KGB di Kedubes Uni Soviet (dulu) Jl. M.H. Thamrin berpangkat setara kolonel TNI. Sementara itu seorang Pamen TNI-AL binaan KGB, pada dekade 1980-an ditangkap kalangan intelijens militer (BAIS ABRI). Sebab ia diketahui telah menjual dokumen rahasia peta landas kontinen RI di perairan Indonesia Bagian Timur. Sebuah informasi bernilai tinggi bagi para Pati Armada Kapal Selam Nuklir Uni Soviet di Vladivostok di Timur Jauh. Yaitu dalam rangka "grand design" vs armada kapal selam nuklir A.S. di kawasan Asia Pasifik (Guam).

PRD MAIN MATA DENGAN MANTAN PKI DAN KOMUNIS INTERNASIONAL

Temuan mutakhir media cetak berazaskan Islam mengkonfirmasikan, bahwa sisa-sisa PKI benar-benar telah memulai gerakan awal untuk "come back" alias bangkit kembali. Yaitu dengan memanfaatkan orsospol baru, termasuk PRD, yang dikenal beraliran radikal kiri.

Dalam Telaah Khusus "KOMAS, TRI ALIANSI SETAN MERAH", SABILI (edisi No. 23 Th. VI 2 Juni 1999) mengungkapkan, antara lain, rapat rahasia beberapa mantan pentolan PKI dan aktivis Komunis internasional di Solo dan Batam yang melibatkan beberapa aktivis PRD.

Disebutkan, dalam pertemuan rahasia di Jl. Bungur V/13 RT. 04 Kelurahan Punggawa, Kecamatan Banjarsari, Kodya Solo pada 17 Maret 1998 mantan tokoh PKI Rewang membacakan surat dari Sorbon Aidit. Sorbon adalah adik kandung D.N. Aidit yang menetap di Perancis. Surat itu ditujukan kepada mantan tokoh PKI dan PRD. Isinya, antara lain, menasehati agar para aktivis PRD bersikap lebih luwes tidak radikal dalam perjuangannya.

Simak petuah Sorbon Aidit di suratnya : "Kawan (terjemahan panggilan akrab Comrade atau Kameral antarkomunis penulis) harus cukup lama menunggu. Karena itu sebelum ekspose diri biasakan bersikap halus menyalurkan pikiran melalui PRD, PDI Mega, PNI Marhaen, Partai Buruh Nasional (PBN), Partai Kerakyatan, atau separatisme lainnya dengan tetap memegang kendali ajaran."

Simak pula ini, yang dapat membuat bulu kuduk orang ber-Tuhan Yang Satu dan orang waras menjadi bergidik : "Apabila ini dilakukan, maka percepatan gerakan lambat laun akan terealisasi paling tidak enam tahun ke depan, melalui SU-MPR Pasca Orde Reformasi sebagai alternatif lain dari revolusi sosial." Kaitkan itu dengan usul (baca : tuntutan) Presiden Abdurrahman Wahid bagi pencabutan TAP MPRS No. 25 Tahun 1966.

Dengan pretext (dalih) penegakan HAM dan demokrasi, sadar atau tidak sadar Presiden Wahid hendak memfasilitasi grand design Sorbon Aidit itu dkk. Yaitu kebangkitan PKI pada periode 2000-an! Tantangan bagi para Pimpinan PB-NU untuk membuktikan diri mereka istiqomah, dan tak hendak tidak mengkritisi manuver politik Presiden Wahid yang sungguh berbahaya itu. Sebab, sangat disesalkan, para elit PKB di Senayan ternyata mengamini manuver mantan Ketua Umum PBNU itu! Alhamdulillah, Ulama NU kondang seperti KH. Moh. Alawy dari Madura tetap konsisten. Semoga Allah memberkahi beliau. Afterall, tidak seluruh elit Nahdliyyin tergolong pecinta Komunis.

Dalam pada itu dilakukan juga kontak-kontak rahasia di Denpasar dan Batam, oleh beberapa aktivis PRD dengan tokoh-tokoh Komunis internasional, termasuk Gerry Arances donatur dari Australia, Kimitoshi Morihara aktivis Komunis Jepang, dan Nyan Lynn Shee dari Burma. Gerry Arances masuk ke Indonesia via Denpasar pada akhir Maret 1999, dijemput dua aktivis PRD di Bandara Ngurah Rai. PRD benar benar telah main api dengan Komunis!

Hadir pada rapat-rapat rahasia di Solo dan Batam dari pihak Indonesia, a.l., aktivis PRD Agus Jabo tersangka pelaku perakitan bom di Rusun Tanah Tinggi, Jakarta. Hadir juga mantan CGMI/PKI Klaten Dharmono, dua mahasiswa Riau, Aceh, Jakarta dan lima mahasiswa dari Yogyakarta, dan Jan Pergu Sekjen PRD Internasional. Rapat rahasia di Solo diprakarsai oleh a.l. Theopile Sutomo dan Bambang Isti Nugroho (Kelompok Studi Palagan Yogyakarta). Hadir juga pada pertemuan di Solo pentolan PKI Tjugito mantan Polibiro C.C. PKI.

Sementara itu sumber SABILI juga menyebutkan, istilah KOMAS yang diprotes keras beberapa tokoh dan politisi -- sebagai cerminan kenaifan B.J. Habibie mengenai masalah politik -- sebenarnya bukan istilah ciptaan B.J. Habibie. Istilah itu diciptakan Sorbon Aidit, yang dalam suratnya menyatakan :"Konsep kerakyatan dapat direalisasikan apabila prinsip teori TRI ALIANSI, yaitu Komunisme, Marhaenisme dan Sosialisme diterapkan dalam situasi rakyat terbelah."

Dua tahun terakhir bangsa kufur nikmat Allah ini semakin terbelah! Secara etnis, agama, panutan idelogi, profesi khas dsb. Kini cermati perang antar muslim dan kristen di Ambon dan Maluku serta ulah para provokator di Aceh. Juga kerusuhan Mei 1998, yang dituduhkan tokoh buruh Sosialis kiri telah didalangi Islam ekstrim kanan. Para mantan pentolan PKI, BAPERKI, RRC, Komunis Internasional, Islamfobi lokal dan global berkepentingan mencoreng citra Islam dan TNI-Hijau dengan gegeran Mei 1998.

Apa pasal? Gabungan kekuatan Islam (unsur yang mana asal tahu saja) dan "TNI-Hijau" adalah benteng terakhir vs PKI. Selain itu munculnya ICMI telah menggeser elit sipil-militer sekuler-anti Islam ("Geng" LBM) dari hegemoni kebijakan poleksosbudkam. Ya, anti Islam, sebab ketika Benny Dan-RPKAD melarang azan di Mushola Ma-Kopasus, dan ketika Panglima melarang para Pamen dan Pati muslim bawa sajadah ke kantor! Gabungan kepentingan yang sama (common interest) konspirator eks BAPERKI PKI RRC - Sekuler/Islamfobi dan Yahudi, mereka sangat berkepentingan melancarkan vendetta vs. dua unsur "hijau" itu.

Berkaitan dengan arahan Sorbon Aidit agar aktivis PRD menyusupi PDI-P, simak pula keberingasan sebagian besar simpatisan PDI-P dalam aksi pembakaran ruko, kantor Pemda di Bali dan Solo serta penebangan pohon antara Yogya Timur dan di Klaten, dan kebrutalan mereka di Jakarta ketika Ketua Umum PDI-P kalah dalam voting Capres di SU-MPR.

PKI MENYUSUP KE LINGKUNGAN MASJID DAN GEREJA

Agus Pramono, dalam PEMANFAATAN KAUM SANTRI OLEH PKI (Studi Kasus Gerakan Komunis di Surakarta 1927) di majalah Al-Muslimun No. 332 Th. 44 Nov. 1997, memaparkan kronologi embryo PKI di Tanah Air. Yaitu berawal dari Indische Social Democratische Vereniging (ISDV), sebuah gerakan Sosialis-Marxis oleh tokoh Sosialis Belanda Sneevliet. Pada tahun 1914 ia berusaha menarik buruh Perserikatan Buruh Kereta Api dan trem/kereta listrik VSTP di Semarang dan Surabaya, ke dalam pengaruh awal penerapan ideologi Marxisme di Tanah Air. Dalam perkembangannya gerakan ini mengalami pertumbuhan pesat.

Setelah merebut simpati masyarakat ISDV menyatakan orientasi Komunisnya pada 23 Mei 1920. Nama ISDV resmi diganti menjadi Persatuan Komunis Hindia, selanjutnya menjadi Partai Komunis Indonesia/PKI. Penyusupan ke tubuh serdadu dan A.L. Belanda di Indonesia dilakukan oleh Sneevliet dan Brandsteder. Sedangkan di kalangan PNS Belanda dilakukan Ir. Baars. Adapun Semaun cs ditugasi menyusup ke Sarekat Islam (SI) yang waktu itu sedang tumbuh pesat. Taktik ini disebut the block within (Blok di Dalam). Yaitu penerapan dwi-keanggotaan orang-orang PKI yang disusupkan menjadi anggota S.I.

Taktik "bunglon" ini berhasil menggerogoti soliditas SI, yang akhirnya pecah menjadi SI Putih dan SI Merah. Semaun menjadi Ketua SI Merah Cabang Semarang sekaligus jadi pentolan PKI. Krisis ekonomi dunia th. 1930 dampaknya juga dirasakan kalangan buruh dan tani serta pekerja perkeretapian di Jawa Tengah termasuk Surakarta. Kemiskinan melilit kalangan wong cilik. Wabah penyakit melanda berbagai daerah. Kondisi itu, seperti ditulis Agus, tidak mendapat perhatian Pemerintah Hindia Belanda dan pihak Keraton Surakarta.

Maka, seperti ditengarai Menlu AS di depan, Komunis memanfaatkannya untuk beraksi. Gerpol mereka terbantukan oleh kondisi obyektif masyarakat Jawa (wong cilik) di pedesaan, yang masih lekat dengan kehidupan kejawen (klenik) dan kebatinan. Dakwah belum menyentuh wong-wong cilik lugu itu. Di Solo ciri khas gerakan PKI adalah usahanya memadukan marxisme dan Islam. Penggagasnya adalah tokoh Komunis "Islam" H. Misbach di Solo.

Kegiatannya mulai nampak radikal setelah Konggres SI di Pekalongan dan Madiun pada tahun 1923. Dibantu aktivis PKI "muslim" H. Bakri, ia melancarkan gerakan propaganda, demo, penghasutan, teror pisik dsb (simak lagi aksi brutal-anarkis simpatisan PDI-P di Solo paska SU-MPR yl). Dalam agitasinya H. Misbach memakai korannya, ISLAM BERGERAK, berisi artikel-artikel yang menjungkir-balikkan penafsiran ayat-ayat Al Qur'an. Kini simak penjungkir-balikkan yang sama dalam "Lembaran Dakwah" terbitan Yayasan Doulos, Cipayung, Jakarta Timur.

Pada September 1923 H. Misbach mendirikan Sarekat Rakyat, untuk menampung orang-orang PKI yang dicoret keanggotaannya dari Sarekat Islam. Dalam rangka menangkal sikap anti PKI oleh Muhammadiyah, Misbach juga membentuk organisasi propaganda Mardi Busana dan Mualimin. Mereka aktif melakukan kunjungan dan diskusi politik di pesantren-pesantren dan rapat-rapat umum di wilayah Boyolali dan Solo.

Aksi teror pisik mereka lancarkan terhadap tokoh-tokoh Islam dan Keraton Solo serta perusakan fasilitas umum. Antara lain, sabotase jaringan rel kereta api, pelemparan bom ke mobil RMH Suryadiningrat dan rumah Pemimpin SI Jawa Tengah RMH Puspadiningrat. Mereka juga mencoba melakukan pembakaran Sekaten dan usaha pembunuhan terhadap Sunan Pakubuwono X. Opsus teror khas Komunis, terhadap pihak-pihak non-Komunis yang dianggap dapat menjadi pengganjal upaya "pe-merah-an" Indonesia.

Pada tgl. 12 Februari 1926, berkedok Islam kaum Komunis menggelar aksi unjuk rasa dari Masjid Agung Surakarta menuju rumah Residen, dengan membawa spanduk, lambang dan bendera Komunis. Puncak aksi-aksi sepihak itu pemberontakan 27 November 1927, diawali di rumah tokoh PKI Kampung Kandang, Solo.

Mereka gelar aksi teror dan sabotase atas fasilitas umum. Yaitu perusakan jaringan kabel telpun, perusakan rel KA, pemutusan aliran listrik, dan pembunuhan atas tokoh-tokoh muslim dan keluarga mereka. Tidak dapat disangkal – oleh muslim istiqomah tidak bodoh dan tidak congkah – bahwa gerakan makar kaum Komunis antara 1927 (Solo), 1948 (Madiun), dan 1965 (G-30/S-PKI) ada kesamaan dalam modus operandi-nya. Selalu dibarengi tindakan anarkis, teror pisik, aksi pembakaran, dan pembunuhan. Ciri khas pemaksaan kehendak oleh PKI dan kelompok orang berotak Komuinis!

Dalam pada itu missi gereja pun tidak lolos dari penyusupan eks PKI dan GERWANI. Majalah AL-MUSLIMUN (No. 54 Tahun V Edisi September 1974) menyoal kiprah mantan tokoh GERWANI Karnah Sukarta, B.A. di Ciamis, Jawa Barat. Mantan atlit lempar lembing ini pernah menjabat Ketua GERWANI Desa Cisontrol, Kec. Rancah, Jawa Barat. Karnah pernah ditahan di L.P. Ciamis. Yang membuat masyarakat Ciamis heran adalah, tokoh GERWANI itu dipekerjakan oleh YAYASAN DOUGLAS dari AS sebagai perekrut anak-anak SD SMP dari Sumatera dan Jawa Barat, untuk "disekolahkan" Gereja Pantekosta di Jawa Timur. Anak-anak itu diambil (secara paksa?) dari para orangtua mereka yang seluruhnya muslim.

Temuan terkini [awal Mei 1999], di Desa Ngesrep, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah. "Pgw", 57 tahun, diciduk polisi setempat sebagai pengedar selebaran gelap anti Islam. Di antara dokumen yang disita di rumahnya ditemukan surat-surat keterangan seperti ijazah, yang diakui tersangka diperoleh dari tempat ybs mendapat pendidikan pendeta! Di rumahnya ditemukan pula altar atau mimbar, yang diakuinya dipakai untuk berdoa dengan jemaahnya. Orang yang mengaku Pendeta Gereja Bethel ini, 20 tahun yang lalu disidik sebagai anggota PKI golongan C. Bersama 11 pengikutnya di Boyolali ia telah mencoba mengadu domba antara umat muslim dan umat Kristiani! Kerjaan khas orang-orang Komunis!!!

PKI GAYA LAMA DAN GAYA BARU, NO WAY, MR. PRESIDEN

Tindakan Presiden Abdurrahman Wahid baru-baru ini, meminta maaf kepada sekitar satu juta mantan PKI atas peristiwa G-30/S-PKI, telah menimbulkan reaksi dan tanda tanya kalangan elit orsospol Islam di Tanah Air. Lebih-lebih setelah Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan hendak mengusulkan kepada MPR pencabutan TAP MPR No. 26 Th. 1966, tentang pelarangan ideologi Komunisme/Marxisme/Leninisme.

Presiden pura-pura tidak tahu bahwa PKI dibubarkan merespon tuntutan rakyat melalui TRITURA. Dan Presiden Soekarno menolaknya! Akibat petualangan poleksoskamnya antara lain membentuk poros Jakarta- Hanoi Pyong Hyang beijing (pengingkaran terhadap prinsip Politik Luar Negeri Bebas Aktif dalam UUD 1945) maka di akhir era pemerintahan Orla inflasi mencapai 600 persen. Ekonomi ambruk total.

Harus diakui secara jujur dan obyektif, di antara korban aksi "vendetta" kelompok non PKI vs orang-orang PKI ada kelompok wong cilik yang patut diragukan ke-Komunis-annya. Mereka termasuk kaum tani lugu yang telah diperdayai, oleh BTI, dengan iming-iming fasilitas pertanian termasuk pupuk. Harian PELOPOR YOGYA (1966 1979) dalam investigative reporting tentang pelanggaran HAM, oleh "penguasa" di Jawa Tengah selama periode akhir 1970-an, menemukan kasus-kasus pem-PKI-an warga sipil. Yaitu dalam beberapa kasus sengketa tanah, dan kasus pengungkapan manipulasi pajak seorang pebisnis WNI-Cina di Semarang.

Merehabilitasi orang-orang terperdaya itu dan menghalalkan kembali Komunisme/ Leninsime, lebih-lebih mentolerir PKI gaya baru, adalah dua hal yang sangat berbeda. Gagasan Presiden Wahid (kini terkesan tuntutan!) bagi pencabutan TAP MPRS No. 25 Th. 1966, wajib dicermati dan disikapi secara ekstra hati-hati. Sebab jika para politisi di Senayan, maka yang bakal terjadi adalah terulangnya tragedi nasional. Muslim istiqomah SIAP berjihad vs. PKI gaya baru. So pasti, Gus. Wong muslim istiqomah tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah SWT!

GUS DUR MERAGUKAN KEBIADABAN PKI

Kalau Presiden Wahid meragukan keculasan dan kebiadaban orang-orang PKI [karena ketika PKI melakukan aksi sepihak 1964 s/d kudeta 30 Sept. 1965, beliau sedang belajar di Mesir], sehingga memaafkan mereka, maka Presiden perlu mendengarkan pengalaman Ulama NU anti PKI di Lirboyo, Kediri K.H. Maksum Jauhari. Dalam An-Nahl, 16: 43 Allah berfirman, "....bertanyalah kepada Ulama jika engkau tidak mengetahui." Presiden telah menelan mentah-mentah disinformasi (tentang jumlah muslim yang dibantai dan tingkat konflik) oleh Brigjen TNI Max Tamaela -- PANGDAM yang tidak becus mengatasi kebrutalan jagal anti Islam di wilayahnya (ia bahkan melucuti para Pamennya di KODAM dalam insiden Ambon II).

Sudah saatnya Presiden tidak nggugu kerepe dewe seperti selama ini. Sudah saatnya pula beliau berhenti menyelisihi kelompok muslim di luar NU/PKB. Indonesia adalah negeri orang banyak! Bangsa ini telah gagal dengan eksperimen sistem poleksoskabud sekuler sejak 17 Agustus 1945. Ada negeri Islam yang menindas umat agama lain? Justru di negara berdasarkan Pancasila ini, umat muslim yang selalu dan terus dipojokkan, didholimi, "dikuyo-kuyo". Utamanya oleh PKI di era Orla dan oleh Benny Moerdani cs di era Orba! Ini FAKTA, Tuan-Tuan. Orang yang tidak mengerti tentang Islam pun terus nyinyir tentang jihad! Bersikap istiqamah terhadap syari'at Islam dan berupaya maksimal menjadi insan muslim kaffah, justru terus dinyinyirkan sebagai bersikap primordialis oleh segelintir elit PKB dan kaum Islampobi.

Jeng Yeni, puteri terkasih Presiden Wahid, silahkan bacakan kepada ayahanda kisah Gus Maksum dan KH. Cholil Bisri, di buku DIALOG DENGAN 9 GURU HIKMAH DAN TENAGA DALAM (Penerbit C.V Aneka, Solo, 1998). Mayoritas santri dan Ulama NU anti PKI. Mereka tak hendak berkasih-kasih dengan kaum Komunis ateis, musuh nyata umat muslim istiqomah. Kedua Ulama NU itu merasakan pahit-gentirnya teror psikholois ("psywar") dan fisik orang-orang PKI di jawa Timur dan di Jawa Tengah. Bukankah Gus Dur muda tidak pernah menyaksikannya apalagi merasakan selama sekolah di Mesir rilek nonton film? Jadi "hit-list" PKI pulakah beliau?

Allah Swt mengajarkan kepada kita untuk memaafkan orang-orang yang mendholimi kita. Setiap muslim diwajibkan memperlakukan sesama manusia secara bijak dan adil, meski mereka menolak Dienul Islam. Dengan catatan, selama mereka tidak menghalangi penyebaran Islam, tidak memerangi dan tidak memusuhi para penyerunya; dan tidak menindas serta melakukan makar terhadap pemeliknya. Namun PKI? Tiga kali PKI telah melakukan pengkianatan keji (1927, 1948, dan 1965). Presiden Abdurrahman Wahid kiranya berkenan menyimak lagi QS. An-Nisa', 4: 101 dan Al-Mumtahanah, 60: 1-2 dan 8-9.

Tidak diragukan lagi, bahkan oleh banyak cendikiawan sekuler di barat (What They Say About Muhammad, dalam MUSLIM EXECUTIVES & EXPATRIATE No. 2 Th 1999), Muhammad s.a.w. adalah Rasullah berkepribadian agung, dan pemaaf bahkan terhadap orang-orang yang memusuhinya. Tetapi Rasullulah adalah The Great Leader yang tidak berkepribadian lemah, dan tidak gemar mengutamakan ridho musuh-musuh Allah. Beliau dan para pengikutnya keras terhadap kekufuran, perilaku khianat, dan kemaksiatan (Al-Fath, 48: 29).

Dua kali mengkhianati aqad zimmah dalam PIAGAM MADINAH, kaum Yahudi selaku Ahlul Dzimmah, akhirnya diusir Rasulullah dari Madinah negeri yang berazaskan syari'at islam (Piagam Madinah). Asal tahu saja, di antara para penggagas garakan Bolshevik (imbryo PKUS) di Russia 83 tahun yl ada orang Yahudi! Temukan hal itu di buku SISTIM DAJJAL (1999) oleh Ahmad Thomas. Begitu pula penggagas paham New Left, di A.S. pada tahun 1950an, adalah Yahudi "pelarian" dari Jerman.

Siapapun, apapun kedudukan dan jabatannya, kelompok manapun yang hendak menghalalkan lagi marxisme/Komunisme di Indonesia, hendaknya tidak bertindak ceroboh dan gegabah menafikan kepentingan dan aspirasi umat muslim dan mereka yang nasionalis-nonsekuler anti PKI. Jangan ulangi blunder politik Presiden Soekarno!

Menanggapi kekahawatiran elit muslim mengenai keterdekatannya dengan beberapa pentolan PKI, Bung Karno menyatakan akan mampu menguasai PKI (baca: INDONESIA THE POSSIBLE DREAM, Ambassador Jones).

Yang terjadi adalah sebaliknya! Demokrasi terpimpin dan NASKOM-nya telah mengembang-suburkan hegemoni PKI s/d September 1965. PKI telah menindas cendikiawan muslim, para santri, Ulama dan kaum Nasionalis. Tetapi Bung Karno menutup mata, tetap menganak-emas-kan PKI. Simak pernyataannya dalam rapat massal memperingati TRIKORA, di Istora Senayan 21 Desember 1965, quote : "Gestoknya (maksudnya G-30/S-PKI - Penulis) harus kita hantam, tetapi Komunisnya tidak, karena ajaran Komunis itu adalah hasil keadaan obyektif dalam masyarakat Indonesia seperti halnya nasionalis dan Agama". "NASAKOM telah kutulis sejak aku beumur 25 tahun dalam tahun 1962, dan ini akan kupegang teguh sampai aku masuk ke liang kubur". "Seribu dewa dalam khayangan tak dapat mematikan NAS, mematikan A dan mematikan KOM. Peruncingannya itu yang harus kita hantam. Gestoknya yang harus kita hantam, tapi KOM-nya tak bisa dihantam. endquote.

Bukan hanya umat muslim, tetapi juga umat agama lain, tentu tidak rela agama samawi yang dibawa para Rasul-NYA disamakan derajatnya dengan paham sesat, absurd dan atheis Komunisme. Adalah Ir. Soekarno yang telah menyejajarkannya dalam pernayataannya itu. Ini fakta sejarah.

Bung Karno bukan Komunis, no doubt about it. Namun sungguh luar biasa "kecintaannya" kepada orang-orang PKI. Dengan NASKOM-nya Presiden RI pertama yang muslim itu telah mencampur-adukkan antara perkara haq (Agama) dan yang bathil (Komunisme-ateis). Semoga Allah mengampuninya.

Akankan blunder yang sama diulangi para pemimpin kita? Akan tetap ngototkah mereka membiarkan PKI come-back? Silahkan cermati lagi QS. Al-Mumtahanah, 60: 8-9.

Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada Presiden Abdurrahman. Mentolerasi PKI lebih banyak mudharot ketimbang kemaslahatannya. With all due respect Your Excellency, Mr. Presiden, pelase consider it seriously. A GOOD COMMUNIST IS THE DEAD ONE. Sing eling lan waspada, Gus. Komunis itu ateis, anti demokrasi, dan dedengkot pemerkosa HAM. Lengah itu cuma sekali. Sesudah itu mati!

CINA KOMUNIS PERUSAK TATANAN KELUARGA

Paling tidak pemerintah Cina Komunis adalah perusak tatanan keluarga. Cermati, paling tidak di A.S dan Afrika, diplomat RCC ditempatlan di Kedubes RCC (rata-rata 3 - 4 tahun) tanpa anak-anak mereka. Sebab anak-anak mereka "diasuh" (baca : disandera) pemerintah Komunis! Itulah akal bulus Politbiro Partai Komunis Cina dalam rangka mencegah diplomat mereka memberlot. Pada Indonesia baru dengan PKI gaya baru mendominasi lagi DEPLU RI, bukan tidak mungkin cara yang sama bakal diterapkan terhadap jajaran Diplomat RI.

Nyuwun ngapunten, Gus. Ketika penjenengan berkunjung ke RRC yl, apakah a/n para pelarian ex-PKI Pemerintah RRC telah "meminta" panjenengan agar mengupayakan PKI berkiprah lagi? Mudah-mudahan tidak begitu. Namun kalau benar begitu, maka lengkaplah predikat kita sebagai bangsa keok. A.S. via IMF dan Bank Dunia telah melakukan tekanan ekonomi dan diplomatik. Silahkan baca baca artikel penulis, BANK DUNIA DAN AGENDA TERSEMBUNYI (Harian Umum MEDIA INDONESIA, 28 Febuari 1998).

RCC dan pentolan mantan BAPERKI (Organisasi WNI-Cina Komunis pro PKI) akan sangat diuntungkan come bank-nya PKI, di negara berpenduduk mayoritas muslim ini. Apapun jabatan, status, pangkatnya, dan sebesar apapun pengikutnya, siapapun yang tetap ngotot hendak mensponsori dan memaksakan kehendak dihidupannya kembali PKI -- jelas memposisikan diri sebagai musuh utama umat Islam, pemeluk agama lain, dan Nasionalis anti Komunis.

PKI nyata-nyata memusuhui umat Islam di Tanah Air. Orang-orang PKI, juga ideologi sesatnya, jelas jelas melecehkan semua agama di bumi. Dimohon dengan hormat Presiden Abdurrahman meninjau kembali desakan bagi pencabutan TAP MPRS No. 25 Th 1966. Pelarangan ideologi Komunis di Tanah Air sampi kiamat bukan masalah dendam terhadap PKI, melainkan kewajiban agama dalam rangka memerangi musuh musuh Allah. PKI, dengan tiga kali melakukan makar yang sangat keji, berarti telah sengaja menghianati kepercayaan mayoritas unsur bangsa ini (baca : muslim). Ibarat kanker ganas, PKI tidak punya hak tumbuh, hidup dan berkiprah lagi di bumi Nusantara. GO TO HELL PKI dan para pecintanya!

Allah melarang muslim bekasih kasih dengan musuh musuh-Nya (Al-Mumtahanah,60: 1-2). Firman Allah itu cukup sebagai petunjuk. Selaku sesama muslim dan wajib pajak menjadi kewajiban bagi penulis mengingatkan Presiden Abdurrahman. Presiden, Wapres, para menteri dan seluruh aparatnya (sipil militer) juga politisdi di Senayan -- dibayar a.l dari sumber perolehan pajak masyarakat. Penulis adalah salah satu dari puluhan juta wajib pajak. Pemimpin yang adil adalah yang MAU mendengarkan dan mempedulikan aspirasi mayoritas wong cilik.

Ijinkan penulis mengingatkan panjenengan, dan segelintir elit NU serta PKB ("Islam Keras" fobia), yang selama ini juga tidak berhenti menyelisihi Ketua MPR. Yaitu dengan hadist ini, tentang keutamaan diam (tidak nyinyir dan mencerca terus orang lain) dari riwayat Abu Ya'la melalui Anas r.a. : "Berakhlaqlah engkau dengan akhlaq yang baik dan banyaklah DIAM; demi Dzat yang jiwaku berada di tangan kekuasaanNYA tiada akhlaq pun yang lebih baik dari hal tersebut." Riwayat ad-Dailami melalui Anas r.a : "Beruntunglah orang yang sibuk dengan aibnya sendiri tidak mempedulikan aib aib orang lain, lalu ia menafkahkan kelebihan dari hartanya dan menahan mulutnya dan ia rajin mengamalkan sunnah serta tidak mengerjakan hal yang bid'ah."

Sekali lagi selaku wajib pajak yang berhak menyatakan pendapat dan aspirasi, terutama selaku sesama muslim, penulis menghimbau serta wajib mengingatkan Presiden Abdurrahman; agar kiranya bersikap bijaksana dan tidak gegabah menyikapi masalah ideologi Komunis. Nasib dan kemasalahatan tidak kurang dari 80 juta muslim di Indonesia tidak boleh dipertaruhkan. Masih banyak outstanding Pe-Er Presiden, selaku nakhoda kapal Republik yang nyaris tenggelam ini, yang perlu SEGERA disikapi secara serius dan cermat. Jangan alihkan perhatian wajib pajak kepada masalah eks PKI yang terpuruk akibat ulahnya sendiri. Yaitu tiga kali mengkhianati kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia.

Pe-Er itu a.l. masalah terpuruknya puluhan juta petani (mayoritas mulim dhuafa), akibat banjir impor beras (sesuatu yang tidak pernah terjadi di era paska 1984, berkat kegigihan diplomat Ri di forum WTO Jenewa vs tekanan A.S. agar RI membuka kran impor beras); masalah BBM; masalah guru; pengangguran dan seabreg persoalan serius poleksoskam lebih meminta perhatian dan tindakan serius Presiden. Harap tidak dilupakan, pajenengan Mandataris MPR, bukan Kaisar dengan kekuasaan dan wewenang tanpa batas. Sekali lagi harap diingat, semua pejabat tinggi negara termasuk Presiden digaji besar dan menikmati berbagai fasilitas empuk berkat, antara lain, hasil pengerahan berbagai pajak masyarakat. Dalam kaitan itu Presiden dan para pemimpin di negeri ini yang mengaku muslim [termasuk para elit PKB], seyogyanya juga menyimak lagi petuah Khalifah Umar ini :

"Ingatlah, aku tidak mengangkat kalian sebagai komandan dan pejabat yang lalim. Aku mengirim kalian di tempat tugas yang baru sebagai pemimpin pemipin, sehingga rakyat dapat mengikuti contoh dari kalian. Berikan kepada orang-orang Islam hak mereka. Jangan pukul mereka sehingga mereka merasa dihinakan. Jangan memuji mereka secara berlebihan, sebab dapat menjatuhkan mereka ke lembah kesombongan. Jangan kalian menutup pintu di depan mereka. Jangan sampai yang kuat melahap yang lemah. Dan jangan bertindak seolah-olah kalain lebih tinggi dari mereka, karena hal itu merupakan tindakan kelaliman terhadap mereka".

Menyatakan bahwa konflik antarumat beragama di Ambon akibat umat muslim Ambon dimanjakan rejim Orba, adalah sikap memanipulasi fakta. Bukan sikap jujur dan tidak obyektif. Terus mencerma umat muslim non-NU (simak pernyataan Presiden di manca negara dalam konperensi antaragama; dalam peringatan Nuzulul Qur'an di Istiqlal; dan tentang tablig akbar di Monas 7/1/2000, dll) bukanlah sikap Islami.

Bapak Presiden, teladanilah kepemimpinan Khalifah Umar. Berikanlah kesejukan kepada bangsa yang sakit dan terbelah ini. Kurangilah mengeluarkan pernyataan-pernyataan impulsif, tanpa mempedulikan perasan dan harga diri orang dan kelompok non-NU. Tepo seliro lah, Gus. Banyak berbicara ngoyoworo dan gemar mencela adalah cerminan dari insecure personality. Jangan gusar kalau kemudian orang menyebut panjenengan the insecure President.

Kalau Presiden sengaja melemparkan isu PKI di atas sebagai "trial baloon", maka sungguh tidak lucu dan kurang kerjaan. Adakah di kalangan pembisik Presiden mantan PKI atau kolaborator Komunis? Memaksakan kehendak bagi dicabutnya TAP MRPS No. 25 Th. 1966 sehingga kaum Komunis berpeluang berkiprah lagi dan menindas lagi umat muslim dan umat agama lain, serta Nasionalis non-sekuler anti Komunis adalah tindakan gegabah yang tidak dapat ditoleransi.

NO WAY, Your Excellency Mr. President. We say NO to Communism! Adalah hak bukan wewenang Presiden Abdurrahman Wahid untuk bersikukuh menuntut pencabutan TAP MPRS No. 25 Th. 1966, dengan memelintir prinsip HAM dan demokrasi. Tetapi menjadi hak umat muslim di Indonesia via wakil wakil mereka di MPR yang bukan banci dan munafik untuk tidak meng-iya-kan obsesi Presiden yang menyesatkan itu. Menyesatkan, sebab kita digurui untuk menerima dan membenarkan ideologi marxisme/Komunis yang kufur.

Simak Sabda Rasullah yang diriwayatkan oleh Muslim ini : "Barangsiapa di antara mereka (ulil amri) memerintah kamu untuk berbuat maksiat, maka sekali-kali tidak boleh didengarkan dan tidak boleh DITAATI."

Semoga Allah Swt memberkahi Tuan Tuan dan Ibu-Ibu. Amin.

Wassalam.

Yusuf Nugroho

c/o yusuf poerbo
Jakarta- Indonesia

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum wr. wbr.

Singkat saja, terima kasih anda muat tulisan lama saya (ObrolanNet). Ada beberapa yg baru, gak baru banget lah, coba anda cari dgn Google ini: tjoaginsing, dan anda bakal ketemu bbrp ObrolanNet saya khusus dlm Bhs Inggris ngamplengi Zionists dan GWB gang para Iblis bule! Salaam. Juga coba cari yusuf poerbo, joe jussac, joe nugroho, ucup54, wah seru deh. Salaam. Sst, SWEAR! Saya dalam TARGET intel USA khususnya N.S.A. Setan! Jika mrk putus asa (Lha usd ambyar gitu? Kalah di Afghan, Irak, RRC bakal ngebelain Iran.) maka ane bakal DILENYAPKAN!!!